Sabtu, 12 September 2009

Renungan Ramadhan
Dikutip dari sajak Gus Mus


Laailahaillallah
Tak ada yang boleh yang memperhambaku kecuali Allah
Tapi nafsu terus memperhambaku.

Laailahaillallah
Tak ada yang boleh menguasaiku kecuali Allah
Tapi kekuasaan terus menguasaiku.

Laailahaillallah
Tak ada yang boleh menjajahku kecuali Allah
Tapi materi terus menjajahku.
Laailahaillallah
Tak ada yang boleh mengaturku kecuali Allah
Tapi benda mati terus mengaturku.

Laailahaillallah
Tak ada yang boleh memaksaku kecuali Allah
Tapi syahwat terus memaksaku.

Laailahaillallah
Tak ada yang boleh mengancamku kecuali Allah
Tapi rasa takut terus mengancamku.
Laailahaillallah
Tak ada yang boleh merekayasaku kecuali Allah
Tapi kepentingan terus merekayasaku.

Laailahaillallah
Hanya kepada Allah aku mengharap
Tapi kepada siapapun
Masyaalah aku mengharap

Laailahaillallah
Hanya kepada Allah aku memohon
Tapi kepada siapapun
Masyaalah aku terus memohon.

Laailahaillallah
Hanya kepada Allah aku bersimpuh
Tapi kepada apapun
Masyaalah aku terus bersimpuh.

Laailahaillallah
Hanya kepada Allah aku bersujud
Tapi kepada apapun
Masyaalah aku terus bersujud

Laailahaillallah Masyaallah.

Kawan sudah puasa lagi, belum juga tibakah saatnya kita menunduk memandang diri sendiri bercermin firman tuhan sebelum kita di hisab-Nya.

Kawan siapakah kita ini sebenarnya, musliminkah, mukminin, muttaqin, khalifah Allah, umat muhammadkah kita, khoiro’ ummatinkah kita. Atau kita sama saja dengan makhluq lain atau bahkan lebih rendah lagi, hanya budak-budak perut dan kelamin.

Iman kita kepada Allah dan yang ghaib rasanya lebih tipis dari uang kertas ribuan, lebih pipih dari kain rok perempuan, betapapun tersiksa, kita khusyu’ di depan massa dan tiba-tiba buas dan binal justru saat di saat sendiri bersama-Nya.

Syahadat kita rasanya se perti perut bedug atau pernyataan setia pegawai rendahan saja, kosong tak berdaya.

Shalat kita rasanya lebih buruk dari senam ibu-ibu, lebih cepat dari pada menghirup kopi panas, lebih ramai daripada lamunan seribu anak muda. Doa kita sesudahnya justru lebih serius, kita memohon hidup enak di dunia dan bahagia di surga

Puasa kita rasanya sekedar mengubah jadwal makan dan minum dan saat istirahat, tanpa menggeser acara buat syahwat, ketika datang lapar atau haus kita kita pun manggut-manggut, oh… beginikah rasanya...? dan kita sudah merasa memikirkan saudara-saudara kita yang melarat.

Zakat kita jauh lebih dari berat terasa di banding tukang becak melepas penghasilannya untuk kupon undian yang sia-sia. Kalaupun terkeluarkan harapanpun tanpa ukuran upaya-upaya tuhan menggantinya melipat ganda.

Haji kita tak ubahnya tamasya, menghibur diri mencari pengalaman spiritual dan material, membuang uang kecil dan dosa besar lalu pulang membawa label suci asli made in saudi

Kawan selamat berpuasa, belum saatnyakah kita memandang dan menunduk memandang diri sendiri.

Keganasan Manusia

Dunia fana penuh keserakahan
Angin terkoyak, terhembus penuh kemarahan
Bumi bagaikan lilitan api terbakar kekejaman manusia
Rumah, sawah, ladang musnah terkikis air
Kenapa….?
Kenapa manusia begitu ganas
Tanpa memperdulikan alam sekitar
Kerusakan demi kerusakan kian bertambah
Oh…malangnya bumi ini
Kehilangan cahaya di atas gemerlap dunia
Andai manusia berfikir
Andai manusai bertindak
Andai manusia tak serakah
Andai manusia melestarikan alamBencana tiada kan melanda
Oleh: Mia*
Manfaat Senjata Nekad
By: shodiqul anwar

“Tindakan Nekat sebenarnya tidak mutlak punya penilaian yang kurang baik, katakanlah nekatnya seorang dalam konteks orang bodoh yang punya ke inginan untuk bisa, berarti kenekatan seperti itu menunjukan bahwa orang bodoh mempunyai kesadaran bahwa dia menpunyai kekurangan dan ingin mengejar kekurangan”


Banyak nilai positif dan negatif ketika orang melakukan dengan modal nekat. Kenekatan seseorang bisa muncul karena ada beberapa sebab, pertama dengan bekal pas-pasan, seseorang bisa berangkat menuju yang dituju, tindakan nekat ini bisa dikatakan tindakan spekulasi artinya menaruh harapan untuk ke depan lebih baik. Kedua, nekat dengan tidak mempunyai bekal (pengalaman materi) seseorang bisa berangkat menuju yang di maksud. Orang seperti ini bisa dikatakan nekat buta. dan tindakan yang kedua cukup dikatakan minim untuk mendapatkan hasil karena tidak punya bekal apapun (wawasan dan pengalaman).

Nekat terkadang, banyak orang menilai bahwa tindakan itu merupakan tindakan konyol, bisa mengakibatkan malu, merugikan diri sendiri, bahkan orang lain dan yang lebih parah lagi merambah ke keluarga besar, hingga menyandang rasa malu sampai tujuh turunan akibat tindakan nekat tersebut. Memang ada benarnya, penilaian tindakan nekat itu sangatlah merugikan. Banyak contoh-contoh kerugian dari tindakan nekat. Seseorang nekat bunuh diri dengan alasan tidak sanggup memperjuangkan kehidupan, tindakan ini cukup banyak yang dirugikan (Anak, pasangan hidup, dan banyak lainnya). Ada juga orang lain nekat membunuh orang lain karena dendam, akibat tidak mampu menahan emosi. Nekat jenis ini jelas menimbulkan kerugian besar.

Berbeda dengan contoh tindakan nekad ini, seseorang nekad melakukan pencurian karena demi untuk memberi makan anak istri. Karena menanti kerjaan yang sewajarnya tidak kunjung datang. Bila dinilai dari sisi pelaku menurut hukum akal ada benarnya. Karena melakukan demi kehidupan yang lebih panjang dan untuk melunasi kelaparan. Berbeda lagi penilaian pihak orang lain, menilai pihak pelaku salah besar apalagi dari aspek agama, berarti pencuri tidak punya rasa syukur dan sabar menerima cobaan sementara. Bagaimana dengan hal nekat seperti ini?? Tapi tidak usah diperdebatkan lebih panjang karena nekat di atas banyak madhorotnya.

Berdasarkan beberapa contoh di atas, menurut penulis adalah sebuah tindakan nekat yang tidak ada manfaatnya. Disini penulis akan mengantarkan sedikit banyak mempunyai keuntungan dalam tindakan nekat. katakanlah kenekatan seorang mahasiswa dalam hal melunasi kekurangan (pengetahuan, materi) bisa dikatakan pas-pasan dan untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa (pengkayaan knowledge). ada keyakinan ketika seorang mahasiswa dengan kesadaran diri bahwa banyak kekurangan masalah pengetahuan, pasti banyak hal nekat yang harus dilakukan demi mengejar kekurangan (pengetahuan), tindakan ini bisa dikatakan tindakan plus (menurut mahasiswa) kalaupun mahasiswa sadar ataupun tidak sadar akan kekuranganya tetapi dengan santainya tidak merubah diri, mahasiswa seperti mahasiswa yang bodoh karena menenggelamkan diri ke dalam ketinggalan dari masa depan yang suram.

Dapat disimpulkan bahwa tindakan nekat dalam konteks orang pas-pasan segi pengetahuan dan ingin menambah kualitas yang lebih baik dari sebelumnya, kenapa memutus mengatakan nekat? Karena si pelaku berusaha dengan modal kekurangan, tak lain alasanya menunjukan bahwa ia bisa padahal belum pernah yang penting melakukan, masalah salah dan benar nanti, bukankah pengalaman pertama hukumnya selalu diwarnai kesalahan, selanjutnya pasti akan tahu bagaimana yang terbaik.

Berbeda dengan orang yakin, seseorang yang mempunyai keyakinan pasti sudah cukup bekal untuk melakukan menuju arah yang diinginkan, orang yakin itu tak lain sudah segudang pengalaman di punggungnya, kalaupun disuruh melakukan suatu katakanlah tiada kata tawar-menawar untuk tolak menolak karena sudah pernah melakukan.

Beruntung sahabatku yang mempunyai jiwa nekat berjuang untuk mencari illmu walaupun kondisi apapun nantinya harapan ke depan memikul sekarung pengalaman untuk bekal masa depan yang lebih baik, sekarang lakukan saja yang sudah anda lakukan demi keuntungan diri, baik pengetahuan dan materi???

Nyentil

 Dah tahu belum, Sekolah-sekolah di Blitar mulai meningkat menjadi SSN dan SBI
 Ya....SSN (Soyo Suwe Nelongso) karena biayanya juga meningkat dan SBI (Sekolah Bertarif Internasial)
 DPRD Kab. Blitar sudah di lantik
 Ingat janji-janjine lek lali di elengne, tugase rakyat terutama mahasiswa itu
 Pembangunan kamar mandi STIT sudah selesai
 STIT jedingmu wes sip, kare musholamu..kae piye???
Cepet buat sentilan sebelum ada undang-undang anti sentilan
HILANGNYA IDEOLOGI DALAM BERPOLITIK
Oleh: M. Asrofi

Politik lagi, politik lagi, politik penuh dengan trik, politik juga penuh dengan intrik. Heh...pusing jika memikirkan politik yang tiada henti-hentinya trik baru serta intrik baru. Ada yang saja yang selalu menggelitik dalam politik. Dalam beberapa waktu saya lupa waktunya kapan. Salah satu tokoh penggagas Deklarasi kaum Muda Indonesia tanggal 28 oktober 2007 yaitu Fajroel Rahman ketika diwawancarai di salah satu televisi swasta mengatakan bahwa tujuan dari politik adalah untuk mencapai kebahagiaan. Hal serupa juga pernah dikemukakan tokoh filsafat Yunani kuno yaitu Aristoteles bahwa pada dasarnya berpolitik adalah untuk mencapai kehidupan yang berbahagia. Mencari kehidupan yang baik bukan kehidupan yang bebas dari bahaya bukan pula kesejahteraan materi, karena jika itu dalam bentuk materi seperti mempermudah ekonomi dan pergaulan saja sama halnya dengan aliansi atau perkongsian.

Pada fase perkembangan selanjutnya muncul juga ideologi-ideologi yang diperjuangan dalam partai politik. Walaupun sebenarnya dalam arti ideologi banyak mengalami perubahan arti semenjak kematian Destut De Tracy (penggagas istilah ideologi). Pada awalnya arti ideologi berasal dari kata Idea yang berarti gagasan dan logos yang berarti ilmu. Tetapi pasca munculnya Karl Marx dan Engels mengalami perubahan dan semua tidak akan memperdebatkanya. Dan tahap selanjutnya arti ideologi menjadi seperangkat keyakinan sosial, keagamaan, atau keyakinan politik tentang kebenaran untuk mempertahankan kelas-kelas/ harapan kelas-kelas di dunia modern.

Di negara Indonesia sebelum merdeka semenjak diterapkanya politik etis Belanda memunculkan intelektual muda Indonesia dengan berbagai macam ideologi. Misalnya, soekarno dengan ideologi nasionalisme, Sjahrir dan Moh. Hatta dengan ideologi sosialisme, Datu’ Ibrahim Tan Malaka dengan ideologi komunisme, Moh. Natsir dengan Pan-Islamisme. Kemudian dalam perjuanganya melalui politik yang akan diperjuangkan di parlemen. Pada saat itu, dalam berpolitik murni
karena dorongan ideologi bukan karena dorongan ekonomi. Artinya ada ada seperangkat nilai-nilai kebenaran yang diyakininya.
Walaupun pada saat itu ada beberapa partai dengan ideologi yang bermacam-macam seperti PNI, PKI, MASYUMI, PSI, dan lainya. Tetapi cita-citanya satu yaitu ingin membawa Indonesia menjadi bangsa yang jaya.

Pada tahun 1965 mungkin adalah tahun yang tidak akan terlupakan oleh sejarah bangsa ini. Pemberontakan PKI yang dipimpin oleh D.N. Aidit, Untung, dan kawan-kawanya telah memakan banyak korban baik dari kalangan sipil dan militer. Tetapi perlu diketahui juga menurut mereka, yang mereka lakukan ada ada seperangkat keyakinan yang diperjuangkan dan menjadi super power bagi pe rgerakan mereka.

Tetapi fakta sekarang fakta berbanding terbalik seratus delapan puluh derajat. Sekarang banyak yang berpolitik hanya atas dasar motif ekonomi atau hanya mencari uang bukan dorongan ideologi. Bisa di bilang dalam berpolitik yaitu hanya antara kursi dan rejeki. Banyak sekali parpol-parpol baru dengan ideologi yang bermacam-macam tetapi orang-orang yang di dalamnya tetap sama, Para elit politik yang tersisihkan dipartainya yang membentuk partai baru.

Jika seperti ini bukan sebuah kebenaran yang diperjuangkan tetapi hanya uang dan kekuasaan. Bermacam-macam platform partai politik hanya sebagai hiasan dan menunjukan kepada dunia internasional atau ingin diketahui di negara lain bahwa orang Indonesia sangat ideologis. Jika berpolitik hanya untuk uang dan kekuasaan, hanya untuk kursi dan rejeki, kapan memikirkan berjuang untuk kebenaran yang diyakininya untuk memperoleh kebahagiaan seluruh rakyat.

Kini segala ideologi yang bisa menjadi super power telah hilang. Yang tinggal hanya satu yaitu, ideologi uang. Kita lihat saja, akankah semua akan berubah seiring berjalanya waktu. 

PMII Warnai Pelantikan DPRD Kab. Blitar

”PMII Blitar melakukan aksi damai seruan moral menginggatkan agar para anggota dewan terpilih tidak lupadengan janji yang telah terucap. dalam menyambut pelantikan tersebut yang dilaksanakan tanggal 27 agustus 2009 para demonstran juga melakukan sholat hajat di Bundaran Lovi. Mereka memohon agar anggota DPRD mampu mengemban amanat rakyat.”


Fungsi DPRD adalah penyambung aspirasi rakyat dan juga legislasi. Tentu banyak rakyat telah memberikan kepercayaan kepada mereka agar dapat menyampaikan aspirasinya. Dalam berkampanye tentunya para anggota dewan terpilih telah memberikan janji kepada rakyat berupa kesejahteraan. baik janji itu saat orasi kampanye maupun secara tertulis di pamflet-pamflet. Tentunya mereka harus menepati janji mereka. Untuk itulah PMII Blitar merasa mempunyai tanggung jawab untuk mengingatkan kepada anggota dewan yang akan dilantik agar tidak lupa terhadap janjinya.

Aksi damai yang dilakukan di Bundaran Lovi oleh PMII Blitar dalam menyambut pelantikan anggota DPRD kab. Blitar berlangsung penuyh khidmad walaupun ada sedikit kendala dalam masalah teknis. Walaupun dalam keaadan berpuasa tidak membuat semangat kendur.
Dalam aksi kali ini para aktivis PMII melakukan teatrikal yang menggambarkan kondisi keadaan masyarakat saat ini. Bahwa masyarakat sekarang masih jauh dari sejahtera. Banyaknya anak terlantar dan penganguran merupakan salah satu masalah yang harus segera ditangani. Aksi Damai yang dlaksanakan mulai Pukul 14.30 WIB sampai Jam 16.30 ini disela-sela orasinya juga melakukan sholat hajat bersama untuk memohon agar para anggota dewan mampu menjalankan tugas-tugasnya dan tidak membohongi rakyat.

Aksi Damai kali ini PMII meminta agar DPRD kab. Blitar yang akan dilantik agar mewujudkan janji-janji politiknya saat pemilu legislatif, menjalankan tugas pokok dan fungsinya lima tahun ke depan dengan baik, jujur, bersih, dan amanah, juga selalu berpihak kepada kepentingan rakyat, dan tidak melakukan korupsi dalam bentuk apapun. Serta mengajak seluruh elemen masyarakat Blitar untuk selalu memantau kinerja DPRD kab. Blitar.

Nur Muchlisin selaku Kordinator Umum saat diwawancarai mengatakan, ”Kami merasa perlu untuk jalan karena kita tahu semua bahawa anggota DPRD kadang melupakan janjinya. Untuk itu kami melakukan seeruan moral dengan melakukan aksi damai dengan menyerukan bahwa Anggota DPRD harus menepati janjinya yang telah di janjikan kepada seluruh masyarakat Blitar, selalu menjalankan tupoksinya dengan jujur dan bersih, selalu memihak kepentingan rakyat, dan untuk tidak melakukan korupsi dalam bentuk apapun karena kami akan selalu berperan aktif mengawal kinerja anggota dewan. Dan juga kami mengajak kepada seluruh elemen masyarakat untuk selalu ikut memantau DPRD Kab. Blitar lima tahun ke depan.” (Red)
NEGARA “BANGSA KULI”
Diqul AN

Indonesia merupakan negara yang paling kaya akan sumber daya alam yang siap diolah oleh bangsa dan menciptakan lapangan kerja. Banyak egara adidaya serti Amerika, Jepang, Unisoviat yang mengincar untuk menanam saham dengan misi meraup keuntungan yang besar besaran. Kallaupun SDA di nusantara diolah sendiri, masyarakat akan makmur sejahtera. Akan tetapi realitasnya masyarakat banyak meninggalkan Tanah Air dan menjadi kuli keluar Negri.

Masih teringat segar di kepalaku saat di mintai pertolongan untuk untuk mengantarkan ke Station terdekat oleh ttanggaku. Awalnya aku berfikir, “mau kemana tetanggaku pergi, ini kok suruh mengantarkan Ke Station ”. saat itu jam 14.00, bukankah jam segini waktunya istirahat layaknya adat daerah peesaan setelah capek bekerja dari sawah ‘dalam benaku’. Apa yang ada di fikiranku itu hanya ku tanpung di dalam otak, arti kata tetanggaku yang mau pergi tidak ku tanya kemana arah tujuan pergi. Selang yang mau berangkat , dia yang akan pergi berpamitan dengan keluarga besar. Layaknya mau berpergianjauh dan harus pulang kanmpung halaman beberapa tahun kemudian. Trerahir yang dipamiti adalah Orang Tuanya. Ku lihat perpisahan ini sangat sangat Sakral. Karna di dlam berpamitan terair ada doa keslamatan. pesan terahir dari ke dua Orang Tua untuk orang yang pergi, ”Hati-Hati anaku, semoga kamu berhasil sesuai apa yang kamu cita citakan untuk mencari drejeki di Luar Negri”. Kat itu membuat kau baru faham bahwa kepergian ini untuk mencari nahkah, menjadi Buruh/ Kuli ke Negri Orang.
Keberangkatan di iringi harap harap cemas oleh keluarga besar. Entah kenapa di tengah perjalanan , entah kenapa pertanyaan dari ku menghujani tetanggaku yang mau pergi. Teryata keberangkatan keberangkatan ini menuju Kota Malang alasanya peyalur tenaga kerja keluar Negeri memang kantornya di malang. Di kota itu pun masih harus menuggu dan enggak tahu harus menunggu berapa bulan, tahun sampai bener-bener berangkat, kerja mendapatkan uang temtunya. Yang aku fahami , untuk mencari PJTKI yang sistem kerjanya mengunutngkan si buruh migranitu sangat sulit, yang ada para BMI (Buruh Migran Indonesia ) di exploitsi habis habisan dari muali proses perekrutan pemberangkatan hingga kepulangan. BMI selalu di jadikan bulan bulanan (Majalah NATAS 2009). Dari mulai Calo, PJTKI, Perusahaan Asurnsi, Jasa Pengiriman dan tranportai, hingga oknum pemerintah tidak lepas dari keikut sertaan meraup keuntungan. Banyak sekali BMI menjadi koban. Pulang ke kampung halaman yang seharusnya Uang akan tetapi mendapatkan luka sekujur tubuh, seperti kejadian Siti Hajar yang kerja di MALAYSIA. Yang lebih tergis lagi juga Tidak jarang pulang itnggal nama/ mati. Beribu resiko menjadi kuli ke negera orang, walaupun begitu semangat dan optimis berangkat menjadi BMI.
Sudah tidak di tawar lagi Indonesia adalah negara yang masyarakatnya mayoritas menjadi Pekerja Kuli baik di Dalam maupun keluar Negeri. Di desaku terdapat ada kurang lebih 10 orang BMI yang berkerja jadi kuli ke luar negri. Belum lagi tetangga desa belum lagi se kecamatan berapa ratus orang yang kesana. Beberapa pekerja dari desaku termasuk tetanggaku yang belum jelas kerja dimana, kerja apa, 4 orang bekerja kuli bangunan di negeri jiran Malaysia hingga saat ini belum jelas keadanya disana. 3 orang menjadi kuli di perkebunan kelapa sawit. 1 orang menajdi kuli rumah tangga di Negara Korea. Menurut pemahaman saya hanya orang yang di Korea ini bisa di katakan berhasil karna mampu menbangun rumah mewah yang berada di Tulung Agung. Banyak masyarakat sekitar membanggakn keberhasilannya. Sering kali tiap pulang kampung halaman memakai mobil, berpakaian ala Big Bos yang perusahaan sana sini. Padahal hasil yang dia rasakan hasil dari mengkuli di negara orang. Apakah kita cukup bangga dengan hall ini. Heran seakali, kenapa jadimkuli saja sudah bangga minta ampun. Jangan jangan BMI seluruh nusantara merasakan seperti itu. Kalau begitu tahun kapan masyrakat indonesi menjadi BOS, yang kerjanya hanya mengatur dan menyuruh, bukan di suruh habis habisan. Seorang buruh sebatas mewakili kerja kasar, dapat upah pun tidak sebanding dengan derasnya keringat yang di keluarkan.
Para BMI yang bekerja di luar negeri sangatlah lemah di wilayah payung perlindungan meliputi hak asasi buruh, hak perlindungan atau hak lainya yang menyangkut keslamatan buruh. Sebenarnya masalah ini sudah sedikit banyak di ketahui masyarakat indonesia tapi mengapa mereka nekad. Pakh di dalam negri tidak ada lapangan pekerjaan ?.mengenai perlindungan BMI, belum lama penulis mengikuti sosialisasi tenteng UU Perlindungan Tenagan Kerja di luar negri yang di keluarkan oleh PERDA kab Blitar. Bekerja sama dengan LSM Solidaritas Buruh Migran Blitar (SBMB). Semua peSerta yang hadir di beri draft hasil rancangan UU Perlindungan Tenaga di luaar negeri dari Blitar. Di dlam RUU terdapat 42 pasal,sebanyak 40 halaman secara sekilas ditafsirkan dengan mata telanjang memang sedikit ada kemajuan terkait perlindungan BMI. Sebenarnya ini ada unsur kebohongan besar, terdapat pengalihan isu agar masyarakat tidak menuntut hak mendapatkan lapangan pekerjaan. Di sini sudah jelas pemerintah secar tidak langsung lari dari tanggung jawab kepada rakyat. Seharusnya pemerintah menyediakan lapangan kerja di dalam negeri. Salah satu infra struktur yang di janjikan terhadap maysarakat ketika indonesia terbebas dari tekanan ( merdeka ). Adanya RUU perlindungan BMI berarti pemerintah mengamini masysarakat berbondong – bondong keluar negri menjadi kuli yang tidak di hargai. RUU ini hanya untuk melegetimasi ke tidak tanggung jawaban aparatur negara.
Masysarakat Indonesia di jadikan pekerja sebatas kuli akibatnya korban dari pembohongan publik selama puluhan tahun. Periode kolinial nenek monyang kita di exploitas secara lunas oleh kaum penjajah. Tahun 1605 menjadi titik muka masuknya kekuasaan kolonial ketanah Indonesia disusul pada tahun 1623 yang makin berkuasa sehingga mempermudah pemerintah belanda menguasai perdagangan rempah – rempah di kawasan tanah air Indonesia semata – mata dijadikan pengerak sektor pertanian guna memenuhi kebutuhan pasar Eropa. Werning Ordoneli 1880. Intrumen politik pertama pemerintah kolonial yang mengatur perpindahan penduduk Indonesia,khususnya Jawa,Bali,dan Madura. Ribuan pekerja sebagai kuli perkebunan,pertambangan dan pabrik gula ( majalah natas 2009 )
Kehidupan buruh migran , terutamam diperkebunan,pertambangan, dan pabrik sangatlah menderita. Kekurangan makan dan pakaian menjadi pemandangan sehari-hari. Gaji kelewat rendah, hingga tidak di bayar akibat di rampas para mandor yang menambah beratnya keadaan, wajar saja kalau para kuli (buruh) banyak yang mati saat bekerja. Sisanya banyak pula yang melarikan diri dengan banyak resiko. Bila tertangkap nanti di siksa secara tidak manusiawi. Ada pula yang lepas dari kejaran dar kolonial. Merreka ynag selamat harus hidup dalam ketakutan dan keterasingan. Penyiksaan yang tidak logis kerap kali di lakukan. Pemerintah kolonial secara strukturak memang melegalkan penyiksaan terhadap kuli yang membangkang dengan bukti menerbitkan koeli ordo natie(penyiksaan )- UU kolonial yang berikan hak tanpa batas untuk para buruh tidak patuh.
Keadaan kuli (buruh) semacan ini mengabil wujud yang sama, bahkan lebih parah dalam zaman penduduk jepang yang mengunakan Romusha sebagai alat mobilitasasi paksa guna mengerjakan prasarana perang
Pasca kemerdekaan rakyat indonesi belaum final di jadikan pekerja kuli. Buruh Migran Indonesia (BMI) di gerakan / di sebarkan di wiyah Asia Tenggara dan Eropa. BMI di jadikan korban untuk mengembangkan politik ekonomi Indonesia pasca kemerdekaan. Di lihat dari teori migrasi, kesenjangan tenaga kerja di negara-negara, indonesia kelebihan pekerja kuli dan dan wilayah Asia Tenggara, Eropa kekurangan tenaga kerja kasar. Pemerintah indonesia dengan tanpa syarat mengirimkan BMI besar besaran alansanya biar nantinya masyarakat terpenuhi kebutuhan. Padahal alasan itu tidak logis, sebenarnya itu hanya rekayasa Sosil- Ekonomi. Bila BMI indonesia banak yang bekerja menjadi kuli ke luar Negeri, pemerintah meraup keuntunga DEVISA tentunya!!!
Di tengah ke tidak totallitas pemerintah indonesia dalam menggalakan pendidikan yang merakyat, bnyak kaum penerus bangsa harus terpaksa puasa memakan pendidkan yang layak.. Kurangnya pendidikan pada rakyat menimbulkan terbentuknya paradigma masyrakat menggantungkan diri pada yang mempunyai kuasa dalam kemampuan (ilmua) dan modal. Karna orang bodoh kemampuanya hanya sebatas bergerak bila ada inturksi, tidak punya Ide kreatif, imajinatif hingga nantinya menciptakan lapangan pekerjaan. jadi mereka mendapatkan gaji !....mau sampai kapan lagi hal ini akan berlangsung di negara kita? (Referensi Berbagai Sumber)

1 SURO MALAM JUM’AT KLIWON

Kisah ini terjadi pada sebuah desa. Di situ ada seorang anak muda yang bernama PINZEN. Dia hidup berkucukupan serumah dengan orang tuanya. Rupanya Pinzen anak semata wayang, apapun yang diminta pasti dipenuhi.
Pada suatu malam tepatnya malam satu sura pas malam jum’at kliwon si Pinzen hendak keluar ke kota membeli sesuatu. Akan tetapi ortunya melarang untuk keluar.
“Zen mbok jangan keluar?! Inikan malam satu suro bertepatan dengan malam jum’at kliwon.” Kata Bapaknya Pinzen
“Enggak pak ? Aku Cuma sebentar kok, kira-kira jam 9 dah pulang.” Jawab Pinzen.
Maklum desanya pinzen tinggal terletak di lereng gunung, jarak antara desa dan kota kira-kira kurang lebih 10 km. Makanya bapaknya melarangnya karena malam seperti itu dan bertepatan malam satu sura dan sekaligus malam jum’at kliwon di penuhi dengan warna mistis apalagi musimnya musim hujan.
Kira-kira pukul setengah delapan Pinzen berangkat menuju kota dengan sepeda motor Scuternya.
Satu kilo, dua kilo terlampui, pada kilo ketiga tiba-tiba ada seorang cewek yang berpakaian serba putih dengan rambut yang panjang dan teruraiberdiri di pinggir jalan dengan wajah agak pucat. Dengan hati bertanya-tanya Pinzen akhirnya berhenti lalu dia menyapa cewek tersebut.
“Mau ke mana malam-malam begini kok sendirian, gerimis lagi…..” Kata Pinzen. Tapi si cewek gak mau menjawab pertanyaan Pinzen, dia hanya diam dan mengisyaratkan tanganya saja.
“wo…. Gitu ya…! Boleh kok” Kata pinzen dengan hati berdebar-debardan rasa tak percaya si cewek langsung duduk di belakangnya.
Di penghujung sepanjang perjalanan si cewek diam saja, dalam hati Pinzen bertanya-tanya (Ini orang apa hantu kok gak mau bicara sepatah katapun). Pada kilo ke empat Pinzen mencium bau yang khas yang bersumber dari belakang. Dalam hati Pinzen bertanya-tanya lagi (masa ini bau cewek ini). Setengah gak percaya dia meneruskan perjalanan lagi.
Di kilo yang ke lima lagi-lagi si pinzen mencium, bau itu lagi. Baru di kilo yang ke enam Pinzen berhentisetelah mencium bau tersebut. Lalu dia bertanya pada cewek tersebut. “Dek apa kamu mencium bau yang kurang sedap? Kok aku mencium bau yang gak enak.? Dengan suara yang mendesah cewek itu berkata: “Apa kamu mencium bau yang seperti tho mas…!”. Dengan malu-malu cewek tersebut meneruskan perkataanya “Mas sorry ya….! Aku tadi kentut soalnya perutku mules banget….”
Singkat cerita si Pinzen di mintai tolong si cewek untuk mengantarkan pergi berobat karena cewek tersebut sakit perut. (red)
Money


Money can buy a house, but not a home.
Money can buy a bed, but not sleep.
Money can buy a clock, but not time.
Money can buy a book, but not knowledge.
Money can buy food, but not an appetite.
Money can buy position, but not respect.
Money can buy blood, but not life.
Money can buy medicine, but not health.
Money can buy sex, but not love.
Money can buy insurance, but not safety.

~ingatlah, uang bukanlah segalanya. Ada banyak sekali hal lain yang lebih
berharga dari sekedar uang.
PERINTAH KOMANDAN
Oleh: M. Asrofi

Pagi-pagi buta seorang tentara mbalelo pulang ke Asramanya dengan tergesa-gesa dari rumah sakit tentara, sudah tiga hari tentara mbalelo ini kurang istirahat. Istrinya sakit kanker rahim. Ketika pagi harus mengurusi anaknya yang masih TK dan menyiapkan sarapan dan segala sesuatu keperluan anaknya. Ketika pagi anaknya yang masih kecil selalu menanyakan kemana ibunya. Dengan lugunya ia bertanya kepada bapaknya yang gagah. “Yah, mana ibu? Kok gak pernah nyiapkan sarapan lagi”.

Sang bapak yang seorang tentara menjawab dengan hati yang gelisah “Ibu masih sakit nak, jadi belum bisa menyiapkan sarapan, memandikanmu, dan menyiapkan segala keperluanmu. Insyaallah beberapa hari lagi sudah bisa mengurusimu lagi.”

“Tapi kapan yah?”

“Ya kita berdoa saja mudah-mudahan ibu cepat sembuh. Nak hari ini saya ngak sempat memasak untukmu, sarapanya saya belikan roti saja ya karena hari ini komandan akan mengadakan Breafing karena siang ini akan ada huru-hara kata komandan jadi ayah harus menjalankan tugas ayah sebagai tentara”

“Terus pulangnya kapan? Terus nanti kalau pulang aku sama siapa”

“Kemarin bibi Anita sudah saya kasih tahu kalau hari ini ayah ada tugas jadi nanti pulangnya bersama bibi anita”

langsung sang tentara mengantarkan anaknya pergi ke sekolah, Dan sang tentara juga langsung menuju ke tempat breafing yaitu lapangan markas tentara. Dia sadar bahwa tugas kali ini sangat berat karena akan langsung berhadapan dengan sesuatu yang diagung-agungkan dunia layaknya agama baru. Dia sealu ingat bahwa setiap tentara tidak boleh mbalelo terhadap perintah. Karena mbalelo bukanlah jiwa ksatria. Pesan ini selalu teringat dalam dirinya. Dalam hatinya sebenarnya betanya-tanya apakah sang komandan adalah dewa yang selalu benar, setiap perintah tidak boleh ditolak walaupun kadang benyak tentara-tentara yang tidak tahu-menahu tentang yang diperintahkan.

Tentara ini memang dikenal dengan tentara mbalelo, karena kebiasaanya yang mbalelo. Dalam dunia militer tidak boleh banyak bertanya, jika banyak bertanya berarti dianggap bodoh karena tidak mengerti perintah. Yang diperbolehkan adalah jika ada perintah harus dijalankan tidak boleh melanggar. Dan setiap perintah tidak boleh dirubah-rubah karena perintah adalah otoritas yang benar dan tidak boleh dibantah. Dan tentara mbalelo ini seorang yang banyak tanya dengan perintah yang diberikan. Dan sudah beberapa hari ia izin karena menunggu istrinya sakit.

Pagi yang panas semakin terasa menyengat, perjuangan hari ini terasa berat untuk dilalui. Sampailah ia di lapangan tempat untuk melakukan briefing untuk tugas hari ini. Tugas hari ini sangat berat karena menyangkut Demokrasi, HAM, dan Humanisme. Makanya sang komandan sangat berhati-hati dalam berbicara dalam memberikan breafing itu agar tidak terjadi kesalahan prosedur menjalankan tugas yang berat ini.

Setelah datang langsung saja sang tentara mbalelo mengambil posisi dilapangan tempat yang berada di samping kanan paling depan. Untung saja hari ini tidak terlambat karena seperti kebiasaan jika seorang tentara terlambat berarti tidak disiplin dan akan mendapat mendapat hukuman.

“Siap…………gerak!!!!” Teriak komandan berarti tanda briefing akan dimulai.

Komandan mengambil posisi didepan pleton barisan sang tentara dan segera mengawali pembicaraan setelah pasukan diistirahatkan.

“Selamat pagi para prajurit yang gagah dan perkasa yang selalu membela bangsa dan tanah air. Pastinya kalian semua tahu bahwa hari ini ada tugas. Nanti kita semua akan mendapat tugas yang mulia karena kita akan terlibat langsung dengan yang besar di dunia ini. Yang diperjuangkan setiap orang” komandan berhenti sejenak menghela nafas dan kemudian meneruskan pidatonya.

“Ini perintah……
Kalian prajurit TNI
Prajurit yang tak membantah perintah
Adakah pertanyaan?

“Tidaaaaaaaak…………….” Jawab semua prajurit dengan tegas, kecuali dengan prajurit mbalelo karena masih bingung tugas apa yang sangat mulia yang sampai seluruh manusia di dunia mengagung-agungkanya.

Bila tidak…..
Saya tegaskan lagi perintah saya
Kita pasukan PHH
Pasukan Pengendali Huru-Hara
Tugas kita……..
Membantu POLRI mengendalikan huru-hara
Bila kalian diludahi
Jangan melawan
Bila dilempari plastik berisi air kencing jangan juga melawan
Bila dilempari Koran berisi telek ayam atau dilempari telor busuk
Tai kotok atau tai manusia
Itu pun jangan coba melawan
HAM menuntut kita begitu
H titik A titik M titik
Hak Azasi Manusia

Demokrasi yang diartikan kebebasan,
Mengharuskan begitu
Kebebasan harus dihormati
Aparat keamanan harus manusiawi
Aparat keamanan harus memberi peluang,
Memberi peluang tegaknya Demokrasi
Dan kita adalah aparat keamanan
Jelas semuanya………….?” Tanya sang Komandan dengan lantang

“Jelaaaaaaaaaaaaaas……..” Jawab semua prajurit menerima perintah.

Seorang prajurit yang mbalelo tetap bungkam, dalam hati masih kebingungan. Bibir keringnya masih bergumam karena ada sesuatu yang ingin ditanyakan. Sejak pagi bibir itu belum tersentuh kopi panas, teh hangat, atau air putih sekalipun. Istrinya sudah tiga hari tergolek di Rumah Sakit Tentara, ada gejala kanker rahim. Anaknya yang masih TK ditipkan pada istri komandan regunya. Bibirnya masih bergumam walau sikap istirahatnya tetap sempurna. Akhirnya dengan memberanikan diri ia bertanya.

“Izin bertanya komandan…………” Teriaknya lantang sambil mengacungkan tangan kirinya, tangan kananya tetap sempurna, menandakan kesiapanya walaupun dalam hati sebenarnya juga masih ragu.

“Ya silahkan..!” Jawab sang komandan dengan tegap.

“Siapa itu HAM
dan siapa itu demokrasi komandan?
Apakah dia Panglima kita?
Atau atasan Panglima kita?
Mengapa Demokrasi dan HAM melarang kita tidak boleh melawan jika nanti kita dilempari plastik berisi air kencing, Koran berisi telek ayam, telor busuk, tai kotok, ataupun tai manusia. Mohon dijelaskan siapa itu HAM dan Demokrasi komandan? Terima kasih”

Sang komandan tersentak, batinya menjerit. Hatinya berkata di dalam tatapanya yang kosong.

Prajuritku bodoh
Adakah mereka belum tahu arti Demokrasi?
Arti dari Hak Azasi Manusia tentang kemanusiaan?
Yang memanusiakan manusia
Atau perintahkukah yang tidak manusiawi?
Atau mungkin Pelempar plastik berisi air kencing, koran berisi telek ayam, telor busuk
Tai kotok ataupun tai manusia yang tidak manusiawi?
Atau tuntutan HAM dan Demokrasi itu sendiri

“Prajurit mbalelo
Kalau kau dilapangan nanti harus mbalelo
Kalau kau dilapangan nanti harus melawan,
Dengan rotan kecil sekalipun
Pelempar plastik berisi air kencing, Koran berisi telek ayam, telor busuk
Pelempar tai kotok dan juga tai manusia yang mengenai mukamu
Bisa jadi kaulah yang paling manusiawi
Prajurit mbalelo
Karena kau masih punya harga diri” Jawaban menanggapi pertanyaan dari prajurit mbalelo.

“Siap grak……………
Ini perintah titik. Tidak boleh ada yang melawan. Tanpa penghormatan bubar jalan” lanjut sang komandan segera menutup briefing itu. Karena tidak mau lagi ada pertanyaan yang serupa.

Ketika perintah itu usai terucap, semua mata bersorot tajam. Sorotnya tajam namun ragu. Sorotnya tajam namun bimbang. Sorotnya tajam namun…………ada gumam kecil pada bibir yang kering. 
Kehidupan Di Lereng Gunung Kelud

Gunung Kelud merupakan gunung yang aktif di jawa, tepatnya di wilayah kediri dan blitar, jawa timur. Gunung yang tingginya 1113,9 m dpl ini sering dijadikan objek wisata karena suasana yang asri. Gunung kelud termasuk gunung api tipe strato dengan danau kawah.
Di wilayah blitar sekarang ada jalan khusus untuk menuju puncak yang telah dibuka beberapa bulan yang lalu. Tepatnya melalui dudun kromasan desa tulung rejo kecamatan gandusari.
6 Juni 2009, TIM crew LPM LAUN BLITAR dan mapala GATARPALA berangkat menuju kelud. Pendakian ke gunung kelud ini sengaja di lakukan dalam rangka untuk Re-Organisasi UKM mapala dan juga untuk memperingati hari Lingkunan Hidup se-dunia yang jatuh pada tanggal 5 juni. Dan LPM LAUN berniat untuk meliput kehidupan dibalik gunung kelud. Lokasi kelud dipilih dari jalan desa Tulung Rejo dusun Kromasan kecamatan Gandusasri. Jalan ini tergolong baru karena masih beberapa bulan jalan ini di buka. TIM GATARPALA dan TIM LPM LAUN berangkat sekitar pukul 16.30 WIB dari kampus menuju lokasi. Tetapi banyak kendala yang harus di hadapi. Pertama, ada beberapa kawan yang belum datang sehingga kami harus berhenti di tengah perjalanan untuk menanti hingga datang. Kedua, juga ada mahasiswa dari cabang banyak antusias yang ikut dan masih kesulitan kordinasi dalam hal keberangkatan sehingga di putuskan siapa yang berangkat duluan menanti di SMPN 1 Gandusasri, Tetapi karena yang dari kampus pusatdatang lebih dulu maka harus menanti dulu. Berhubung waktunya sudah maghrib maka diputuskan menantinya di Masjid Al-Fattah Semen Gandusari. Ditunggu sampai waktu sholat isya’ juga tak kunjung datang sehingga kawan-kawan yang sudah datang duluan melanjutkan sholat isya’. Baru sekitar pukul 19.13 WIB, kawan-kawan darii cabang tiba dan berkumpul di masjid. Setelah istirahat sejenak maka perjalanan dilanjutkan ke desa Tulung Rejo. Kami tiba di lokasi parkir sekitar pukul 20.00 WIB langsung saja Irfan selaku ketua Gatar Pala langsung ke rumah penjaga Hutan ini untuk minta izin. Setelah mendapatkan izin dilanjutkan menuju tempat parkir dan sekitar parkir juga ada lokasi untuk mendirikan tenda.
Huuh….?! Perjalanan yang melelahkan ditambah mendirikan tenda sungguh capek rasanya badan ini. Tetapi semua hilang ketika sudah dapat menyatukan perasaan bersama alam. Langsung saja alas dibentangkan langsung semua duduk. Suasana malam itui sangat mendukung pendakian ini. Karena suasana alam saat itu sangat cerah. Kebetulan juga saat itu bulan purnama sehingga menambah keindahaan langit, yang dihiasi dengan bintang-bintang. Suasana yang dingin di tengah hutan pinus juga menambah warna tersendiri dalam pendakian kali ini. Langsung perut terasa lapar, beberapa dari kami menuju sungai dekat camp. Tapi sial ternyata sungainya kering, maka terpaksa beberapa dari kami kembali ke perkampungan untuk mencari air, karena persediaan air sudah habis. Ketika air sudah tiba dengan cekatan parafin langsung dinyalakan untuk memasak. Yang pertama kali dimasak adalah mie. Perut rasanya sudah tak bisa dinego lagi rasa laparnya. Langsung saja beberapa snack dikeluarkan untuk mengganjal perut. Mie yang dimasak sudah matang. Teng….teng….teng…..waktunya makan. Terasa nikmat rasanya walaupun dengan makan seadanya. Ketika selesei memasak mie dilanjutkan untuk merebus air untuk membuat kopi. Kopi yang hangat..!!! Hmmm…..dingin-dingin minum kopi. Dengan bercengkrama sambil minum secangkir kopi,(walaupun sebenarnya tak bawa cangkir tapi hanya botol air mineral yang dipotong). Bermacam-macam saja ulah kawan-kawan malam ini. Ada yang yang sambil merebahkan tubuh sambil menatap langit dengan berpuisi, ada yang bermain musik dengan menyanyikan lagu yang sesuai dengan suasana hati, ada juga yang berdiskusi, ada juga yang sms mengabarkan suasana malam di lereng gunung ini.
Tak terasa waktu sudah larut malam, waktunya tidur…! Semua tak ada yang tidak kedinginan dan efek samping luar biasa. Yang tidak terbiasa dengan suasana dingin, tiba-tiba saat tidur pindah ditengah-tengah teman yang juga lagi tidur karena merasa dingin, tapi yang paling membuat jengkel kawan-kawan semua ketika pada saat tidur ada yang sering kentut. Wuh……baunya minta ampun dah?.
Pagi sudah datang menjelang langsung semua kembali ke perkampungan untuk sholat shubuh. Ketika sudah selesei langsung semua motor dititipkan di rumah pak Sandiman. Rumah pak sandiman paling dekat dengan hutan dan juga paling jauh dari keramaian. Ternyata semua pendaki yang lewat sini selalu menempatkan motornya di rumah ini. Semua sudah siap kembali ke camp. Tenda dibongkar. Setelah selesei dibongkar akan dilanjutkan dengan pendakian ke punacak gunung kelud. Sebelum berangkat ke Puncak semua makan roti untuk sarapan pagi. Untuk melemaskan otot-otot agar tidak kram dalam pendakian dilakukan sanam pagi dan juga untuk mengucapkan selamat pagi untuk Indonesia Raya. 1,2,3,4,5,6,7,8, hitungan untuk senam pagi yang langsung dipimpin Daroini. Badan sudah terasa hangat dan otot-otot sudah terasa lemas. Senam selesei lalu melihat peta gunung kelud walaupun sebenarnya tidak semua tahu dan bisa membaca peta tapi pura-pura saja semua melihat peta dan berlagak sok tahu. Perjalanan dimulai, beberapa berjalaan didepan untuk penyusur jalan yang lainya di belakang mengikuti yang depan jalannya pun terjal dan berliku, naik sehingga perlu tenaga ekstra.
Akhirnya sampai juga di Brak 1 di brak 1 ini semua istirahat sejenak ketika dilihat tanda di pinggir jalan pendakian jarak yang sudah di tempuh sudah dari lokasi camp. Istirahat sudah selesei perjalanan dilanjutkan. Sial….memang agak sial semua lupa bawa air yang banyak dari 16 orang hanya membawa 4 botol air mineral sehingga harus menahan haus sampai kembali.
Ada yang menarik di lereng gunung kelud yaitu tentang kehidupan orang-orang tulung rejo yang mencari nafkah dengan mencari akar pakis. Akar pakis ini digunakan untuk dijual kepada pengepul. Ketika diwawancara lebih lanjut pengepul. Rata pengepul datang dari daerah Pakis Aji Malang. Akar pakis ternyata sangat bagus untuk media tanam, terutama untuk bunga Anggrek. Tapi juyga tak menutup kemungkinan untuk bunga-bunga yang lain.
Untuk uang yang dihasilkan rata-rata tergantung dari seberapa kuat yang dibawa, Tetapi rata-rata sekali mereka mencari pakis berkisar antara 25.000 sampai 30.000. Sulit dibayangkan kami semua untuk memahami. Kita saja untuk sampai ke tempat mereka sulit sekali. Tetapi mereka hampir setiap hari mencari dan membawa pakis dari lereng gunung ke bawah tentunya sangat berat, mereka tanpa mengeluh.
Salah satunya adalah ibu Miatun. Ibu Miatun tidak setiap hari mencari pakis, biasanya ibu Miatun kira-kira tiga hari sekali mencari pakis. Perjuangan yang patut ditiru walaupun sudah tua tetapi masih mempunyai semangat untuk hidup tanpa menggantungkan orang lain. (red)
KEGELISAHAN INTELEKTUAL SEORANG FEMINIS DARI MAROKO
(Mengenal Hermeneutik Hadis Fatima Mernissi)
Oleh : Nur Mukhlish Z.

Pengantar
Kajian keagamaan yang bersifat historis-sosiologis, pada saat ini semakin banyak diminati. Pemahaman yang demikian ini amat logis, mengingat turunnya wahyu (al-Qur’an) juga mempunyai aspek historis-sosiologis (asbab an-nuzul). Islam yang bersumber pada wahyu merupakan nilai yang ideal harus dibedakan dengan Islam sebagai hasil pemahaman yang bersifat historis. Islam historis merupakan hasil dari pemahaman tersebut memunculkan beberapa problem yang salah satunya berkaitan dengan hubungan antara laki-laki dan perempuan atau isu gender. Feminisme adalah salah satu kata kunci untuk memahami kompleksitas problem tersebut.
Istilah femenisme berasal dari bahasa Latin (femina ; woman), yang berati “memiliki sifat wanita “. Kata ini dipergunakan untuk merujuk kepada suatu teori persamaan kelamin (sexual equality) laki-laki dan perempuan, dan pergerakan bagi hak-hak perempaun sebagai ganti istilah womenisme, yang lahir pada tahun 1890 M. Istilah feminisme tersebut untuk pertama kali dipergunakan pada tahun 1890 M., dan sejak itu istilah feminisme mulai dikenal secara luas. (Lihat Lisa Tuttle, Encyclopedia of Feminism,1986 :107).
Menuruat Valerie Bryson sebagai bangunan teoritis gerakan perempuan sudah sudah terjadi sejak abad peretengahan. Perempuan pertama yang menulis tentang hak-hak dan kewajiban seksualnya adalah Cristine de Pisan (Perancis, 1364-1430), yang pengaruhnya dapat dilacak pada perdebatan yang terjadi di Inggris akhir abad 17. Pada abad ini dikenal nama Apphra Benn (1640-1689) dan Mary Astell (1666-1731) sebagai feminis dan teoritisi feminisme sistematis yang pertama di Barat. (Lihat Syafiq Hasyim (red.), “Gerakan Perempuan dalam Islam …”, dalam Tashwirul Afkar , edisi 5, Jakarta : Lakpesdam NU, 1999 : 2-4).
Menurut Kamla Bhasin dan Nighat Said Khan, bahwa feminisme mengandung arti “kesadaran akan penindasan dan pemerasan terhadap kaum perempuan di dalam masyarakat, di tempat kerja dan di dalam keluarga, serta suatu tindakan sadar oleh perempuan maupun laki-laki untuk mengubah kondisi tersebut”. Tindakan diskrimunasi berdasar jenis kelamin, dominasi laki-laki atas perempuan, pelaksanaan sistem patriarkhi dan ia melakukan tindakan untuk menentang, maka hal ini dapat dikategorikan sebagai seorang feminis. (Kamla Bhasin dan Nighat Said Khan, 1994).
Dengan demikian dapat diketahui bahwa gerakan feminisme adalah egalitarianisme, yang mau tidak mau berhadapan dengan agama yang bercorak patriarkhi. Menurut feminisme, paham patriarkhis agama inilah yang menantang baginya untuk melakukan perlawanan-perlawanan, karena pemahaman keagamaan tersebut sifatnya bukan harga mati dan final, yang tidak boleh diganggu –gugat. Corak patriarkhi agama bukan bersifat hakiki dari agama, tetapi produk struktur sosial dan budaya patriarkhi. (Ratna Megawangi, “Feminisme Menindas Peran Ibu Rumah Tangga”, dalam Jurnal Ulumul Qur’an, edisi khusus no. 5 & 6, vol. V, 1994: 30-41).
Dari sinilah kemudian muncul feminis-feminis Muslim, seperti Aisyah Taymuriyah, penulis dan penyair Mesir ; Zainab Fawwaz, esais Lebanon ; Rokaya Sakhawat Hosain dan Nazar Sajjad Haidar dari India, melalui cerita cerpen, novel dan artikelnya ; R.A. Kartini dari Jawa, Indonesia ; Emil Ruete dari Zanzibar ; Taj al-Salthanah dari Iran ; Huda Sya’rawi dan Nabawiyah Musa dari Mesir dan lain-lain., yang kemudian dalam tahun-tahun terakhir munculah nama Fatima Mernissi dari Maroko.

Sekilas Biografi Fatima Mernissi
Fatima Mernissi lahir di sebuah harem di kota Fez, Maroko bagian utara pada tahun 1940, dari keluarga kelas menengah. Dia mendapat pendidikan tingkat pertama dari seorang guru, yaitu Lalla Faqiha, di sekolah tradisional yang didirikan oleh kaum Nasionalis Maroko. Pada remaja, dia aktif mengikuti gerakan menentang imperalis Perancis. (Amal Rassam, “Mernissi, Fatima”, dalam John L Esposito (ed.), Oxford Encyclopedia of Modern Islamic World, Vol. 2, Oxford :Oxford University Press, 1995 : 93)
Pada masa kecil, Mernissi memiliki hubungan yang ambivalen dengan al-Qur’an. Sekolah tradisional yang didirikan oleh kaum Nasionalis, mengajarkan al-Qur’an dengan sistem pelajaran yang keras. Hal ini sangat berbeda dengan pembelajaran yang diterima dari Lalla Yasmina, yang telah membuka pintu menuju sebuah agama yang puitis. Di sekolah al-Qur’an, jika salah melafalkan akan dikenai hukuman dan dibentak oleh sang guru, Lalla Faqiha yang mengatakan : “ al-Qur’an harus dibaca persis sama dengan ketika kitab ini diturunkan dari Surga. (Fatima Mernissi., Women and Islam : An Historical and Theological Enquiry, terj. Yaziar Radianti, Bandung : Pustaka, 1991 : 79-81)
Ketika masa remaja, dia menerima pelajaran tentang Sunnah di sekolah menengah. Sang guru mengajarkan kitab al-Bukhari yang didalamnya menyebutkan bahwa “Anjing, Keledai dan Wanita akan membatalkan shalat seseorang apabila melintas di depan mereka, menyela antara orang yang shalat dan kiblat”. Perasaannya terguncang dan bertanya-tanya, dan hampir tak pernah mengulanginya. Dia mengatakan : “Bagaimana mungkin Rasululllah mengatakan hadis itu, yang demikian melukai hati saya ? Bagaimana mungkin Muhammad yang terkasih telah melukai perasaan gadis cilik, yang saat pertumbuhannya berusaha menjadikannya pilar impian romantisnya ? (Fatima Mernissi : 82)
Ketika masa dewasa, kegelisahannya diawali dengan pertanyaaan kepada seorang pedagang sayur langganannya : “Bisakah jika seorang perempuan menjadi pemimpin kaum muslimin ? “ Dia (pedagang sayur) kemudian berseru : “ Nauzu billah min zalik dengan penuh rasa kaget”. Kemudian seorang guru yang belum saya kenal menyerang dengan mengatakan “suatu kaum yang menyerahakan urusan mereka kepada seorang wanita tidak akan memperoleh kemakmuran”. Mernissi tidak dapat mengucapkan apa-apa. Baginya dalam sejarah Islam, hadis bukan sesuatu yang sembarangan. Mernissi meninggalkan toko dengan diam, kalah dan marah. (Fatima Mernissi : 1-2)
Kemudian ia melanjutkan gaul intelektualnya di Universitas Muhammad V di Rabat, dengan mengambil program ilmu politik yang diselesaikan pada tahun 1965. Selanjutnya melanjutkan ke Paris, dan sempat bekerja sebagai wartawan pada tahun 1973. Dia meyelesaikan program doktornya dalam bidang sosiologi dari Universitas Brandeis. Dia kembali ke Maroko tahun 1974-1981, dan dia mengajar pada departemen sosilogi di Universitas Muhammad V, sekaligus dosen The Institut of Scientific Research, pada universitas yang sama. Selain itu, ia juga bertindak sebagai konsultan di United Nation Agencies, dan terlibat secara aktif dalam gerakan perempuan, serta sebagai anggota Pan Arab Woman Solidarity Association. (Amal Rassam, “Mernissi”, Oxford ... : 93)

Kerangka Metodologi
Mernissi mengungkapkan bahwa agama harus dipahami secara progresif untuk memahami realitas sosial dan kekuatan-kekuatannya, karena agama telah dijadikan sebagai pembenar kekerasan. Menghindari hal-hal yang primitif dan irasional adalah cara untuk menghilangkan penindasan politik dan kekerasan. Menurutnya, bahwa campur aduknya antara yang profan dan yang sakral, antara Allah dan kepala negara, antara al-Qur'an dan fantasi-fantasi imam harus didekonstruksi. (Fatima Mernissi; “Women and Muslim Paradise” dalam Equal Before Allah : 123)
Mernissi menggugat penafsiran terhadap ayat-ayat al-Qur’an seperti dalam surat al-Ahzab ayat 53, yang oleh para ulama dijadikan dasar lembaga hijab, dan hanya laki-laki yang boleh memasuki sektor publik, sedang perempuan hanya berperan domestik. Menurutnya penafsiran semacam ini harus dibongkar dengan mengembalikan makna berdasarkan konteks historisnya (Fatima Mernissi, The Veil and Male Elite,1997 : 107 – 130). Pemikrannya tersebut amat dipengaruhi pemikiran Qasim Amin, bahwa penutupan wajah dengan cadar dan pengucilan perempuan (hijab) dari masyarakat bukan merupakan sejarah Islam, tetapi merupakan konstruksi sosial dari masyarakat patriarkhi, karena tidak satupun dalam nash yang tegas menyebutkannya. (Mernissi, Woman …: 107).
Metode berfikir Mernissi nampaknya juga dipengaruhi oleh Muhammad al-Ghazali, yaitu dalam kaitannya dengan studi kritik hadis. Pengaruh tersebut nampak ketika memahami hadis misogenis tentang kepemimpinan perempuan, yang pemahamannya dikaitkan dengan Q.S. 23 : 23, yang bercerita tentang Ratu Saba. Dia berkesimpulan bahwa al-Qur’an sebagai kitab suci yang bersumber dari Wahyu adalah lebih tinggi tingkatannya dari pada hadis yang hanya berupa pelaporan dari para sahabat yang dianggap mengetahui perbuatan dan perkataan yang bersumber dari Nabi. (Fatima Mernissi, Equal Before Allah : 204)
Mernisi berusaha membangun penafsiran dengan menghubungkan konteks sosialnya, baik berupa penafsiran ayat al-Qur’an, hadis-hadis misoginis yang dimuat dalam Sahih al-Bukhari dan Sahih Muslim ataupun karya-karya lain seperti Tarikh al-Tabari,syarah Sahih al-Bukhari yaitu Fath al-Bari, al-Isabahfi Tamyiz as-Sahabah, Tabaqat al-Kubra karya ibn Sa’ad, Sirah karya ibn Hisyam dan lain-lain. (Mernissi, Woman …:17 – 25).
Dengan menganalisa terhadap proses penafsirannya, maka nampak jelas metode yang digunakan adalah historis-sosiologis ,dengan menggunakan analisa hermeneutik (yaitu : upaya menjelaskan dan menelusui pesan dan pengertian dasar dari sebuah ucapan atau tulisan yang tidak jelas, kabur, remang-remang dan kontradiksi, sehingga menimbulkan keraguan dan kebingungan bagi pendengar atau pembaca), atau lebih tepatnya menggunakan pendekatan hermeneutik hadis. Pendekatan hermeneutik digunakan untuk mengkritisi ayat-ayat al-Qur’an dan hadis-hadis misogini (hadis yang secara literal mendiskreditkan perempuan). Dia mengungkapkan latar belakang historis terhadap hadis-hadis misogini berikut tentang kualitas perawinya untuk menemukan makna sesunguhnya dari teks tersebut. Menurutnya, komunitas Arab dan teks-teks yang tersusun telah mencerminkan budaya dominasi laki-laki atas perempuan, dan meletakkan perempuan sebagai inferior. Dengan dominasi tersebut, perempuan selalu ditempatkan dan dipandang negatif dari perspektif apa saja.

Kerangka Teori Fatima Mernissi
Pemikiran Mernissi dalam menggugat sistem patriarkhi, nampkanya dipengaruhi oleh budaya ketika belajar di Perancis. Dia sangat apresiatif terhadap konsep individualisme, liberalisme dan kebebasan individu yang berkembang di Barat. Gerakan feminisme di Barat semakin menyadarkan betapa dominasi laki-laki, masih bertahan di dunia Arab. (Fatima Mernissi, Islam dan Demokrasi ..., Yogyakarta : LKiS, 1994 : 3 – 13).
Mernissi mengatakan bahwa kedudukan laki-laki dan perempuan itu setara. Kesetaraan antara laki-laki dan perempuan itu didasarkan atas nash. Dia menceritakan protesnya Ummu Salamah kepada Rasulullah, yang mengatakan: “Mengapa hanya pria yang disebutkan dalam al-Qur’an ?”, yang kemudian turunlah ayat yang berkaitan dengan kesetaraan seperti dalam al-Ahzab : 35, merupakan bukti bahwa konsep kesetaraan tersebut telah tersurat. (Mernissi, Women ….: 149-150).
Berdasarkan pendekatan historis-sosiologis yang digunakannya, latar belakang pendidikannya, serta analisa hermeneutik-nya, nampak bahwa dekonstruksi penafsiran terhadap teks, merupakan hal yang penting untuk merokonstruksi kesamaan hak antara laki-laki dan perempuan. Bias gender merupakan kata kunci yang dapat dipahami dari pemikiran Mernissi. Para penafsir teks, yang mempunyai kecenderungan misogenis, sebenarnya hanyalah merupakan produk pemikiran, dan bukanlah penafsiran yang bersifat final. Penafsiran terhadap teks, dalam kaitannya relasi antara laki-laki dan perempuan hanyalah merupakan persoalan gender. Persolan bias gender, meminjam istilahnya Peter L. Berger (Budhy Munawar Rahman, Islam Pluralis……: 396), merupakan sebuah konstruksi sosial, yang didasarkan pada kepentinagn tertentu, baik secara individu maupun dalam sistem masyarakat yang patriarkhi. Menurut Mernissi terjadinya ketidakadilan, diskriminasi, pengasingan dan domestikasi perempuan, sebenarnya telah diciptakan oleh struktur sosial yang patriarkhi, atau dengan kata lain bias gender telah dibentuk oleh masyarakat patriarkhi. (Lutfi Assyaukanie, “Tipologi …. “, dalam Jurnal Pemikiran … : 87). Marginalisasi perempuan ini, lebih tragis didukung oleh penafsiran para ulama yang konon mempunyai otoritas dalam penafsiran teks-teks agama.

Pemikiran-pemikiran Fatima Mernissi
Dalam memperjuangkan gagasannya tentang kesetaraan laki-laki dan perempuan, Mernissi melakukan kritik terhadap hadis-hadis misogini dan beberapa ayat al-Qur'’n, yang menurutnya dalam tafsirnya menyimpang dari semangat diturunkannya wahyu tersebut. Diantara gagasannya adalah :
Kritik Hadis Misigini Tentang Kepemimpinan Perempuan
Al-Bukhari dalam kitab hadisnya menyebutkan, hadis yang diriwayatkan oleh Abu Bakrah yang artinya :”Barang siapa menyerahkan urusan pada wanita, maka mereka tidak akan mendapat kemakmuran”. (Lihat Mernissi, The Veil…: 54. / Mernissi, Woman …, : 62 – 78). Abu Bakrah mengatakan bahwa hadis tersebut dikemukakan oleh Nabi Saw. ketika mengetahui orang-orang Persia mengangkat seorang wanita untuk menjadi pemimpin mereka. Kemudian Rasulullah bertanya : “Siapakah yang telah menggantikannya sebagai pemimmpin”. Jawab Abu Bakrah ; “Mereka menyerahkan kekuasaan kepada putrinya”. Lalu Rasulullah bersabda sebagaimana tersebut di atas. Berdasarkan hadis ini, menurut Mernissi, persolan mendasar yang perlu dipertanyakan adalah “mengapa hadis tersebut diungkapkan oleh Abu Bakrah, ketika Aisyah mengalami kekalahan pada Perang Jamal ?
Menurut Mernissi, bahwa Abu Bakrah mengemukakan hadis tersebut ketika menolak untuk ikut terlibat dalam perang saudara. Dalam hal ini, Ibn Hajar al-Asqalani menceritakan, ketika Abu Bakrah dihubungi oleh Aisyah, secara terbuka ia menyatakan sikap menentang fitnah. Abu Bakrah menjawab :“Adalah benar anda Umi kami, adalah benar anda memiliki atas kami, tetapi saya mendengar Rasulullah bersabda : … (seperti tersebut di atas).
Mernissi melakukan kritiknya terhadap Abu Bakrah dalam kaitannya meriwayatkan hadis tersebut, yaitu : (Lihat Mernissi, The Veil…: 54 dst)
Abu Bakrah semula adalah seorang budak yang kemudian dimerdekakan saat begabung dengan kaum muslimin. Oleh karena itu, ia sulit dilacak silsilahnya. Dalam tradisi kesukuan dan aristokrasi Arab, apabila seseorang tidak memiliki sislsilah yang jelas, maka secara sosial tidak diakui statusnya.
Abu Bakrah pernah dikenai hukuman qazaf , karena tidak dapat membuktikan atas tuduhan zinanya yang dilakukan oleh al-Mugirah ibn Syu’bah beserta saksi lainnya, pada masa khalifah Umar Ibn Khatab. Menurutnya, dengan menggunakan standar penerimaan hadis yang dikemukakan Imam Malik, diantaranya bukan termasuk pembohong, safih dan pernah melakukan bid’ah, maka periwayatan Abu Bakrah tidak dapat diterima.
Berdasarkan konteks historis, Abu Bakrah mengingat hadis tersebut ketika Aisyah mengalami kekakahan dalam Perang Jamal, ketika melawan Ali ibn Abi Thalib. Pada hal sikap awal yang diambil Abu Bakrah adalah bersikap netral. Lantas mengapa kemudian ia justru mengungkapkan hadis tersebut, yang seakan menyudutkan Aisyah.
Mernissi berkesimpulan bahwa meskipun hadis tersebut dimuat dalam Sahih al-Bukhari, namun masih diperdebatkan oleh para fuqaha. Menurutnya, hadis tersebut dijadikan argumentasi untuk menggusur kaum wanita dalam proses pengambilan keputusan. Namun al-Tabari meragukannya, dengan mengatakan tak cukup alasan untuk merampas kemampuan wanita dalam pengambilan keputusan dan tidak ada alasan untuk melakukan pembenaran atas pengucilan mereka dari kegiatan politik. (Mernissi, Woman … : 78).

Hadis Yang Diriwayatkan Oleh Abu Hurairah
Al-Bukhari meriwayatkan hadis dari Abu Hurairah, yang mengatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda : “Anjing, keledai dan wanita akan mematalkan shalat seseorang apabila ia melintas di depan mereka dan menyela dirinya antaraorang-orang yang shalat dengan kiblat”. (Mernissi, Woman … : 66).
Mernissi melakukan kritik terhadap sanad dan matan hadis ini dengan mendasarkan diri pada koreksi Aisyah kepada Abu Hurairah (Ayah Kucing Betina kecil). Nama pemberian Rasulullah ini tidak disenangi olehnya, dengan mengatakan : “Jangan panggil saya Abu Hurairah. Rasulullah menjuluki saya nama Abu Hirr (ayah kucing jantan), karena jantan lebih baik dari betina”. Abu Hurairah memiliki semacam kecemburuan berlebihan terkait dengan kucing betina dan kaum wanita. Hal inilah yang mendorong Rasulullah, kata Abu Hurairah, untuk mengatakan yang menjadikan kucing betina jauh lebih baih dari wanita.Akan tetapi, hal ini ditentang oleh Aisyah.
Dalam riwayat yang lain, bahwa suatu ketika Aisyah ditanya tentang tiga hal yang membawa bencana, yaitu rumah, wanita dan kuda, seperti diriwayatkan oleh Abu Hurairah. Aisyah mengatakan bahwa Abu Hurairah itu mempelajari hadis ini secara buruk. Abu Hurairah memasuki rumah kami ketika Raslullah ditengan-tengah kalimatnya. Dia hanya sempat mendenga bagian terakhir dari kalimat. Rasul sebenarnya mengatakan : “semoga Allah membuktikan kasalahan kaum Yahudi ; mereka mengakan tiga hal yang membawa bencana, yaitu rumah, wanita dan kuda”. Tindakan Abu Hurairah juga sempat menjengkelkan Umar, ketika ditawari suatu pekerjaan dengan mengatakan bahwa dirinya orang yang terbaik. (Mernissi, Woman … : 91-96 dst.).
Berdasarkan argumentasi inilah Mernisi tidak dapat menerima hadis misogini ini. Dia berusaha menyingkap keraguan berkenaan dengan tindakan diskriminasi yang dilakukan oleh Abu Hurairah. Abu Hurairah memang banyak meriwayatkan hadis, namun banyak hadis yang diriwatakannya bernuansa misogini. Mernissi berusaha membongkarnya, walaupun hadis tersebut dimuat dalam ¬Sahih al-Bukhari.

Catatan Akhir
Mernissi telah berusaha membongkar bangunan penafsiran para ulama klasik, yang menurutnya menunjukkan dominasi patriarkhi. Penelitian yang dilakukan terhadap dua hadis di atas, bisa jadi meruapakan rintisan untuk membangun keilmuan dalam kaitanya dengan studi kritik hadis, atau yang lebih dekenal dengan kritik sanad dan matan hadis.
Berkaitan dengan relasi antara laki-laki dan perempuan, sebenarnya lebih merupakan sebuah konstruksi sosial dari pada sebagai sebuah doktrin agama yang bersifat murni. Teks-teks agama yang dipandang otoritatif merupakan sebuah produk pemikiran para ulama, sehingga harus dilihatnya bukan sebagai hasil yang final dan tidak dapat diganggu gugat. Seandainya terdapat proses marjinalisasi peran perempuan atau domestikasi perempuan, sebenarnya merupakan hasil dari konstruksi sosial. Struktur sosialah yang telah menciptakan inferioritas perempuan. Apalagi, struktur sosial yang demikian ini telah dijustifikasi oleh para ulama yang mempunyai otoritas agama. Kemudian, produk pemikiran ulama tersebut diabadikan, disakralkan dan ditaruh di menara gading, yang seakan tidak boleh disentuh, apalagi digugat dan dibongkar penafsirannya. Hal inilah yang ditentangnya, menurutnya turas hanyalah salah satu usaha para ulama untuk melanggengkan otoritas penafsiran teks agama, terutama dalam kaitannya dengan dominasi laki-laki atas perempuan. Penafsiran yang mengandung bias gender, haruslah dicarikan dan ditemukan maknanya yang lebih sesuai dengan masa kontemporer, lebih bijaksana dan berkeadilan.
Produk pemikiran merupakan hasil pemahaman terhadap teks agama, termasuk pemikiran Fatima Mernissi dalam mengkritik hadis. Sikapnya yang bersemangat dalam mengkritisi hadis-hadis tentang misogini patut mendapatkan apresiasi. Sebuah produk pemikiran terkadang memang merupakan jawaban terhadap problematika yang dihadapi umat manusia, ketika pemahaman terhadap teks agama hanya lebih bersifat atomistis. Disamping itu, apapun bentuk produk pemikiran sebenarnya untuk memperkaya kazanah keilmuan keislaman dalam kaitannya tentang wacana feminisme, walaupun pemikirannya tidak terlepas menuai kritikan dari penulis lainnya, sebut saja Nur Khoirin dan Hidayat Nur Wahid. Akhirnya, kepada para penggiat discourse pemikiran Islam, beranikah melakukan loncatan-loncatan pemikiran dari paradigma dan produk pemikiran yang selama ini dianggap mapan dan final ??
Wa Allah A’lam bi al-Sawab

Jadilah Seperti....

1. Jadilah Jagung, Jangan Jambu Monyet.
Jagung membungkus bijinya yang banyak, sedangkan jambu monyet memamerkan
bijinya yang cuma satu-satunya. Jangan pamer ... kecuali kalo lagi pameran

2. Jadilah pohon Pisang.
Pohon pisang kalau berbuah hanya sekali, lalu mati. Kesetiaan dalam pernikahan .

3. Jadilah Duren, jangan kedondong.
Walaupun luarnya penuh kulit yang tajam, tetapi dalamnya lembut dan manis. Hmmmm, beda dengan kedondong, luarnya mulus, rasanya agak asem dan didalemnya ada biji yang berduri.

4. Jadilah bengkoang.
Walaupun hidup dalam kompos sampah, tetapi umbinya isinya putih bersih. Jagalah hati jangan kau nodai meskipun...kamu mainnya di tempat sampah, hehehehe...

5. Jadilah Padi.
Makin berisi, makin merunduk. Tapi awas ada wereng...

6. Jadilah Pohon kelapa.
Sudah terkenal dengan serba gunanya, tidak bisa di manipulasi (maksudnya kelapa ngak bisa dicangkok.)

7. Jadilah tandan Pete, bukan tandan rambutan.
Tandan pete membagi makanan sama rata ke biji petenya, semua seimbang, ngak seperti rambutan : ada yang kecil ada yang gede .

8. Jadilah cabe .
Makin tua makin pedes, makin tua makin judes loh..!!! (baca = bijaksana)

9. Jadilah buah manggis
Bisa ditebak isinya dari bokong buahnya, maksudnya jangan munafik.

10. Jadilah buah nangka
Selain buahnya, nangka memberi getah kepada penjual atau yg memakannya, artinya berikan kesan kepada semua orang (tentunya yg baek).
“MENARUH SEJUTA HARAPAN
DI PUNGGUNG DOMBA”
By: shodiqul anwar

Penggembala muda yang tinggal di desa, tiap ahrinya tiada waktu bersama domba-dombanya di sawah. Dengan telaten mencarikan rumput, berharap domba yang kurus menjadi gemuk, saat dijual domba berharga mahal.

Pagi yang cerah, matahari telah kembali membentangkan keindahanya, menunjukkan wibawanya sebagai pusat tata surya. Langit biru mulai terkikis warnanya berganti warna putih. Bersama rembulan yang kelihatan malu menampakan diri dan mulai menyembunyi. Untuk manusia yang mencari kesibukan, mulai bertebaran di penjuru bumi demi mencari sesuap nasi nantinya diberikan keluarga. Tidak kalahnya semangatnya Penggembala muda, walaupun hari itu bangun mbangkong, dan harus sholat Shubuh digandeng dengan sholat Sunah Dhuha, karena malamnya sholat sunah Tahajud setelah capek bermain kartu bersama teman sebayanya semalam.
Seorang penggembala muda, melebarkan pandangan matanya, melakukan tugas biasanya, mempersiapkan diri mencari rumput yang segar untuk ternak domba. Bersama burung terbang ke arah timur, Penggembala muda melangkahkan kaki keluar rumah. “Bismilahhirohmanirohim” kata iftitah setiap orang muslim sebelum melakukan aktifitas, terlantun di bibir penggembala muda.
Tak lupa senjata mencari rumput. Alias sabit. Ya! Sabit namanya, sebelum menuju ke arena peperangan, tidak ketinggalan mengasah supaya menambah ketajaman. Setajam pedang Algojo negara Arab untuk memenggal kepala seseorang yang melakukan dosa besar baik agama maupun Negara. Sabit sudah kelihatan putih mengkilau pada sisi depan, menunjukan bertambahnya ketajaman. Di sudahilah melakukan pengesahahan.
Keranjang yang hampir rusak, tepat di sisi kiri kandang domba. keranjang di bawa, layaknya anak sekolah berangkat membawa Tas. Lengkap sudah bekal, penggembala yang selalu semangat, Tegar, beserta keranjang yang dibawa di punggung penuh sejuta harapan. Harapan masa depan yang cerah, bisa membahagiakan orang tua, tetangga, teman. arti kata harapan nantinya, dengan usaha menggembala dapat mencukupi kebutuhan mencari sesuatu yang diburu (ilmu)
Di sawah.. matahari mulai menunjukan kenakalanya, sinarnya terasa panas, menyengat kulit penggembala muda hingga kelihatan kecoklat hitaman bak warna gula jawa. Tapi, keluhan tidak keluar dari bibir penggebala, hanya topi. ya! Hanya topi berwarna kehitam hitaman, walau sebenarnya warnanya pas beli di pasar raya dulu warnaya putih. Topi yang gak pernah di cuci itu tiap hari di pakai untuk melindungi wajah pemuda yang agak ganteng, itu pun kata ibu penggembala muda.
Penggembala tersenyum tipis, terlihat di depan mata rumput hijau bergoyang ria, menari kekanan dan kekiri terkena terpaan agin barat daya. Menarinya rumput menunjukan riangnya, melihat pegawai Dinas Lingkungan Hidup (DLH) wilayah kabupaten mau menjemput . Hanya pasrah dan rela sang rumput di hantam ketajaman pucuk sabit, di masukan ke keranjamg harapan.
Kelelahan mulai dirasakan, keringat mengalir tiada henti di wajah penggembala muda yang penuh dengan jerawat, hingga membasahi seluruh badanya. Sesekali menoleh ke keranjang berisi rumput hampir penuh. “Allahu akbar allahu akbar” suara azdan dhuhur bernada mayor dari Masjid desa. Gus Sis adalah putra pak kyai di desa penggembala, beliau hampir lima waktu mendengungkan suara azdan. Suara yang merdu, membuat bangun seluruh manusia di waktu subuh. Dengan sisa tenaga penggembala melangkahkan kaki menuju pulang, selain waktunya sholat, keranjang sudah dipenuhi rumput. “Pak !! mari pulang” sapaan wajib ketika bertemu sesama pencari rumput. …. di agama juga diajarkan terhadap sesama harus saling menyapa. Sapaan adalah silaturohmi kecil menurut agama islam dan barang siapa rajin silaturohmi akan dijauhkan dari kemiskinan. Bapak pencari rumput mengawali senyum sebelum menjawab sapaan pengembala “ya anak muda duluan aja”.
Kurang dari 20 meter perjalanan sampai kandang domba serentak mengeluarkan suara khas di saat lapar melanda perut. Entah kenapa kok bisa tahu yang yang datang adalah sang tuan pemberi makan. Mungkin sudah kenal bau keringat ber tahun tahun. He….he…. sampai di depan kandang, domba berdiri ibarat para aparat Negara memberi penghormatan kedatangan Presiden. Sambil senyum tipis, mengambil rumput dari keranjang. “Cepat besar kau domba nanti kujual untuk keperluan bayar semester” gumam dalam hati.
“Alhamdulillah” sambil melepas topi dan seragam Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten. Pengembala duduk di teras rumah, menikmati angin menghampiri badan. Sungguh angin yang segar membuat mata terasa berat diajak menatap burung yang berkicau di pohon randu tepat depan rumah. Perlahan badan tenggelam dalam ke ngantukan, berebah di teras tanpa alas “Bismika allla ahya wa bismika allah amut”
“Hai penggembala, bangun, bukankah waktunya kuliah, ayo bangun” suara agak kurang enak didengar di telinga. Kalaupun bernada mungkin masuk nada J mayor, bingungkan??? memang gak ada nada kuncinya J itu Cuma menganalogikan betapa buruknya suara yang menggangu tidur siang sang penggembala. “Jam berapa?” tanya penggembala. “Jam 14.00 anakku”. Berangkatlah Mandi sang penggembala, selain mau melaksanakan sholat, hari itu ada jadwal kuliah. Seperti biasa sebelum berangkat kuliah menunaikan sholat dhuhur, kewajiban orang muslim, kekhusu’an sholat pun terjaga hanya 5 menit setelah niat, selanjutnya pikiran melayang tanpa arah dan tujuan, lebih parah lagi setan asmara mengantarkan otak mengakses bayangan cewek kembang desa yang menolak cinta sebulan lalu “sungguh memalukan”. belum lagi bayangan selembar kertas dari BAU (Bagian Administrasi Umum) Kampus di berikan semua mahasiswa bertuliskan tuntutan melunasi uasng SPP, KKN bulan depan, meresahkan bukan???.
Berangkat kuliah, layaknya Mahasiswa lain, bergaya naik sepeda motor kesayanganya yaitu Motor Honda Grand berwarna hitam plus bila dilihat dari kejauhan, sebenarnya kalau di teliti dan dilihat dari kedekatan, aslinya MOCIN (Motor Cina) tepatnya Jialing. Tapi penggembala muda tidaklah berkecil hati. Bukankan ini semua sudah berlebihan bagi seorang penununtut ilmu berangkat dengan fasilitas Motor. Yang seharusnya penuntut ilmu itu harus melalui prosesnya dengan warna kesengsaran. bukankah Tuhan selalu memberikan hasil yang cerah bagi penuntut ilmu malalui proses sengsara. Bukankah banyak sejarah mecatat terkait orang sukses itu diawali dengan kesengsaraan. Walla hu a’lam
Pemuda yang selalu berfikir hanya bisa berdoa setengah bergeming “Tuhan ampunilah hambamu hidup di dunia ini tidak lepas dari menyiksa diri dan tunjukanlah jalan yang lurus”. Dengan keyakinan penuh harapan, pengembala muda bermodalkan kecengnya berfikir hanya orang-orang yang mau berkeringatlah pantas mendapatkan kesuksesan. Toh aku (pemuda penggembala) sudah mengeluarkan keringat buktinya tiap hari ke sawah mencari rumput untuk domba. Semoga saja Tuhan tersenyum dan ridha melihat makhluknya (manusia) menggunakan fasilitas makhluk lain (hewan) demi menggapai harapan Masa Depan………..
Mahasiswa kere-aktif semester 6 reguler
(Sekretaris Umum Komisariat PMII ‘”Bongkar”)

BANGKIT ITU….

BANGKIT ITU…. SUSAH,

SUSAH MELIHAT ORANG LAIN SUSAH, SENANG MELIHAT ORANG LAIN SENANG.

BANGKIT ITU…. TAKUT,

TAKUT KORUPSI, TAKUT MAKAN YANG BUKAN HAKNYA.

BANGKIT ITU…. MENCURI,

MENCURI PERHATIAN DUNIA DENGAN PRESTASI.

BANGKIT ITU…. MARAH,

MARAH BILA MARTABAT BANGSA DILECEHKAN.

BANGKIT ITU…. MALU,

MALU JADI BENALU, MALU KARENA MINTA MELULU.

BANGKIT ITU…. TIDAK ADA,

TIDAK ADA KATA MENYERAH, TIDAK ADA KATA PUTUS ASA.

BANGKIT ITU….AKU UNTUK INDONESIAKU.

DEDDY MIZWAR

Waktu

Waktu, darimanakah waktu itu? mengapa kita menggunakan waktu? Siapa yang membuat waktu? Dan sebenarnya adakah waktu itu?

Menengok sejarah
Penunjuk waktu pertama menurut catatan sejarah adalah jam matahari digunakan masyarakat Babilonia sekitar tahun 2000 SM, alat yang digunakan untuk penunjuk waktu ini sangat sederhana hanya dibutuhkan sebilah kayu lalu ditancapkan ditanah, saat matahari menyinari batang kayu terbentuklah bayangan, bayangan inilah yang digunakan sebagai penunjuk waktu, bila bayangannya pendek maka menunjukkan waktu tengah hari atau siang hari, bila bayangan panjang berarti menunjukkan waktu menjelang malam. Dan penunuk waktu ini tidak dapat digunakan pada malam hari. Sistem penunjuk waktu ini berasal dari pemahaman mengenai gerak matahari dari timur ke barat pemahaman geosentris, yaitu menganggap bumi sebagai pusat tata surya.

Penghitung waktu kedua adalah jam pasir. Bentuknya unik, terdiri dari dua tabung berisi pasir yang dihubungkan oleh pipa kecil, Jam pasir pertama diciptakan oleh bangsa Mesir sekitar tahun 1380 SM. Penunjuk waktu ini harus dibalik dalam rentang waktu kurang lebih satu jam. Dari penemuan ini muncul pemahaman bahwa dalam satu hari mulai dari terbitnya matahari dari timur sampai terbit lagi mempunyai masa yaitu 24 jam atau 24 kali jam pasir dibalik. Tapi tetap mengacu pada perubahan siang dan malam, yaitu terbit dan tenggelamnya matahari.

Penghitung waktu ketiga adalah jam mekanik. Dan seterusnya ditemukan jam bandul/pendulum hingga ditemukannya jam digital. Dengan tetap menggunakan sistem 24 jam dalam satu hari atau sekali rotasi bumi.

Dari awal sejarah manusia semua penunjuk waktu jam menggunakan acuan pergerakan matahari atau lebih tepatnya pergerakan rotasi bumi yang mengakibatkan fenomena siang dan malam. Demikian halnya dengan pemahaman manusia mengenai pergantian tahun dan bulan. Pemahaman manusia mengenai pergantian musim di bumi misalnya musim panas, musim gugur, musim dingin, musim semi. Pergantian empat musim tersebut selalu berurutan dipahami manusia sebagai periode satu tahun (Masehi) hingga kini, fenomena pergantian musim tersebut adalah akibat dari perputaran bumi mengelilingi matahari atau revolusi bumi (pergerakan bumi mengitari matahari) yang kadangkala posisi matahari berada di sebelah utara dan selatan khatulistiwa. Dan ada juga pergantian sistem bulan yang mengacu pada pergerakan bulan dilihat dari bumi (Hijriyah).

Dari asal mula pemahaman manusia terhadap penunjuk waktu, dari penunjuk jam yang berasal dari pergantian siang dan malam, pemahaman manusia mengenai pergantian bulan dan tahun yang mengacu pada pola pergerakan bulan dan matahari. Semua penunjuk waktu dari detik, menit, jam, hari, bulan, tahun semua pemahaman pergantian masa berasal dari pengamatan manusia terhadap pergerakan benda-benda alam. Dari pemahaman itu semua, penulis berkesimpulan bahwa pemahaman manusia mengenai waktu berasal dari pergerakan benda-benda alam. Dalam ayat Al Qur’an surat Al Isro’:12
“Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda, lalu Kami hapuskan tanda malam dan Kami jadikan tanda siang itu terang, agar kamu mencari kurnia dari Tuhanmu, dan supaya kamu mengetahui bilangan tahun-tahun dan perhitungan. Dan segala sesuatu telah Kami terangkan dengan jelas.” (Al Isro’:12)
Dari ayat tersebut di jelaskan bahwa fenomena perputaran bumi yang mengakibatkan pergantian siang dan malam merupakan awal pemahaman manusia mengenai pergantian tahun dan perhitungan.
Kita kembali ke masa kini. Kita sering mendengar istilah “Andaikan waktu dapat berulang” atau “Seandainya aku dapat kembali ke masa lalu”, contoh lain “Bila waktu menunjukkan pukul 06.00 WIB maka matahari terbit dari timur” dan “bila waktu menunjukkan pukul 18.00 WIB maka matahari terbenam di arah barat”. Pemahaman kita mengenai waktu seperti time slider vidio yang ada dalam media pleyer misalnya, time slider tersebut berfungsi seperti mesin waktu apabila kita geser slider tersebut ke arah mundur maka maka jalan cerita dari vidio tersebut akan mundur pada waktu yang ditentukan. Inilah yang membuat pemahaman manusia mengenai waktu menjadi tidak sesuai dengan awal mula pemahaman manusia mengenai hakikat waktu. Bahwa seseorang yang mengatakan hal itu semua, pemahaman mengenai waktu menjadi terbalik yaitu seakan-akan pergerakan alam yang tergantung oleh waktu atau waktu yang mengendalikan pergerakan alam. Hal ini tidak sesuai dengan asal mula pemahaman manusia mengenai waktu yang berasal dari pergerakan benda-benda alam yang dibahas di awal tadi, yang seharusnya waktulah yang harus mengacu pada pergerakan benda-benda alam.

Kita sedikit berandai-andai, bila bumi ini tidak berotasi dan tidak berevolusi mengitari matahari, sedangkan manusia hanya melihat malam saja atau siang saja, manusia mungkin manusia tidak akan memahami mengenai waktu atau perjalanan masa, yang dilihat manusia hanya ada manusia tumbuh dari bayi, dewasa, tua hingga mati, tumbuhan yang tumbuh dari kecil hingga besar. Manusia bergerak dari posisi A ke posisi B, tidak ada pemahaman bahwa pergerakan dari posisi A ke posisi B itu mengalami perjalanan masa. Dan hukum sebab akibat, bila manusia berbuat sesuatu maka akan berakibat sesuatu,

Mari kita mengkaji lebih dalam. Bila pergerakan benda-benda alam adalah asal mula pemahaman manusia mengenai waktu atau perjalanan masa, maka secara subyektif penulis mempunyai pendapat bahwa yang ada secara hakiki adalah gerak benda alam, sedangkan waktu atau perjalanan masa adalah suatu pemahaman manusia yang timbul akibat gerak alam.

Lebih jauh lagi kesimpulan dari penulis, jika waktu atau perjalanan masa itu hanya ada dalam pemahaman manusia akibat gerakan alam, maka hakekatnya waktu atau perjalan masa itu tidak ada, pada hekekatnya yang ada hanya gerak alam dan hukum sebab akibat. Manusia mengingat atau menyimpan kenangan dari pengalaman mereka. Manusia tumbuh dari kecil sampai dewasa, tumbuhan tumbuh dari kecil hingga besar. Kita tidak bisa kembali ke masa lalu, dan kita tidak bisa melompat ke masa depan. Karena hakekatnya masa lalu dan masa depan itu tidak ada. Masa adalah berhenti.

Walaupun penulis beranggapan bahwa perjalanan masa itu pada hakekatnya tidak ada, atau masa adalah berhenti, penulis tidak menafikan bahwa manusia harus tetap menggunakan penunjuk waktu atau waktu nisbi yang berupa detik, menit, jam, hari, bulan, tahun dan seterusnya untuk memperlancar dan juga sebagai motifasi aktifitas kehidupan manusia itu sendiri berdasarkan hukum sebab akibat.

Wallahu a’lam
Muhammad Maulid Dhuhri 05.05.2009
101 TAHUN KEBANGKITAN NASIONAL INDONESIA;
IHTIYAR MENCARI SELUK BELUK INDONESIA
Oleh: M. Asrofi


20 Mei 1908 Dr. Soetomo mendirikan organisasi yang bernama Budi Utomo. Dan ini yang menandai bahwa perjuangan bangsa ini sudah mulai terorganisir dengan kekuatan persatuan dan kesatuan. Maka untuk itu saat ini setiap tanggal 20 Mei diperingati sebagai hari Kebangkitan Nasional. Kata nasional berasal dari kata “Nation” yang berarti bangsa, dan setiap bangsa pasti mempunyai negara. Sedangkan pada saat itu Hindia Belanda belum mengenal istilah negara Indonesia, tapi mengapa sekarang diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional Indonesia. Aneh……sekali!!!!
Sekarang yang jadi pertanyaan adalah apa sih arti Indonesia?, Siapa sih penggagas istilah Indonesia?, dan sejak kapan sih orang pribumi Hindia Belanda mengenal serta memakai istilah Indonesia?. Tiga pertanyaan ini adalah pertanyaan misteri. Orang indonesia saja jarang yang tahu apalagi setan, karena setan bukan hidup di alam bumi persada Indonesia.
Dan untuk tiga pertanyaan ini tidak pernah diajarkan dalam sekolah-sekolah baik itu di Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, bahkan sampai Perguruan Tinggi. Hal yang kecil dan sepele tetapi sering dilupakan orang dan jika ditanya siapa yang ingat pastilah jarang yang ingat atau mungkin bahkan tidak tahu sama sekali.
Ya, “ingatan” dan “lupa”. Dua entitas ini, menurut saya sifatnya berada bersama dan tiada bersama. Keberadaan yang satu (ingatan) adalah keberadaan yang satu (lupa) dan ketiadaan yang satu (ingatan) adalah ketiadaan yang satu (lupa).
Dengan kata lain, keberadaan “ingatan” tidak bisa lepas dari “lupa”. Di mana pun dan kapan pun ia (ingatan) berdiri, pasti tak jauh dari situ ada ‘lupa’ yang rupanya selalu siap melakukan teror. Namun tak dapat dipungkiri bahwa manusia dalam saat-saat tertentu tak mau mengerahkan “ingatan”-nya untuk mengingat beberapa hal dan kejadian. Mungkin meminjam istilah yang pernah dipakai oleh Milan Kundera, yakni semacam kehendak-melupakan.
Milan Kundera pernah menulisnya sebagai berikut, kehendak-melupakan adalah sesuatu yang antropologis: seseorang selalu mempunyai keinginan untuk menulis biografinya sendiri, mengubah masa lalu, menghapus jejak dirinya ma pun orang lain.
Mungkin seluk beluk Indonesia sesuatu yang memalukan, menjijikan, kuno, dan ngak gaul, sehingga bangsa ini ingin melupakanya. Makanya tidak pernah di ajarkan disekolah. Dari SD, SMP, SMA. Bahkan, sampai Perguruan Tinggi tidak pernah diajarkan tentang Indonesia.
Sudah beberapa kali memperingati Hari Kebangkitan Nasional tapi sayang, hanya sebagai ritual saja setelah itu lupa dan sampai jumpa tahun depan. 101 tahun Indonesia bangkit!!! Ini slogan atau beneran sulit dibedakan. Identitas bangsa sendiri saja tidak tahu, bagaimana mau maju!!!

Apa arti Indonesia???
Ketika dalam suatu forum diskusi yang dihadiri salah satu dosen Unibraw, Agus sunyoto.. Beliau bertanya kepada seluruh audiens. ”Apa arti Indonesia?”. Semua terdiam tak ada yang bisa menjawab. Aneh bin ajaib tapi nyata, semua merasa orang Indonesia tapi tak ada satupun orang Indonesia yang tahu tentang arti Indonesia. Begitu juga ketika salah satu dalam peserta dalam forum bertanya balik apa arti Indonesia???.
Mungkin negeri ini dulu kebingungan mencari nama. Kemudian negeri ini memakai nama Indonesia karena bertetangga dengan melanesia, polynesia, micronesia, atau mungkin juga karena negeri ini termasuk jalur pegunungan eurasia.
Karena istilah ”Indonesia” meminjam dari istilah Yunani. Sedangkan yang namanya meminjam, kan harus dikembalikan, lalu apa nama yang pas jika istilah ”Indonesia ” dikembalikan ke istilah Yunani???. Apa seperti dulu sebelum muncul istilah Indonesia negeri ini dikenal dengan Hindia-Belanda atau mungkin Nusantara. Tapi kayaknya ngak mungkin kalau pakai nama Nusantara karena berbau ke Jawa-jawaan, sedangkan wilayah negeri ini tidak hanya jawa tetapi ada Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Papua, Bali, dan lain-lainya. Atau kita curi saja istilah Indonesia” jadi nanti kita tidak usah mengembalikan ke istilah Yunani, terus kita cari arti Indonesia biar jelas identitas negeri ini.

Siapa sih penggagas istilah Indonesia???
Pernakah anda bertanya siapa penggagas istilah Indonesia???. Sebelum Istilah “Indonesia” sekarang ini menjadi nama negara kita telah ada nama “NUSANTARA” pada zaman majapahit. Nusantara digunakan untuk menyebutkan pulau-pulau di luar Jawa (antara dalam bahasa Sansekerta artinya luar, seberang) sebagai lawan dari Jawadwipa (Pulau Jawa). Sumpah Palapa dari Gajah Mada tertulis “Lamun huwus kalah nusantara, isun amukti palapa” (Jika telah kalah pulau-pulau seberang, barulah saya menikmati istirahat).
Dulu, kepulauan tanah air kita disebut dengan aneka nama. Dalam catatan bangsa Tionghoa kawasan kepulauan kita dinamai “Nan-hai” (Kepulauan Laut Selatan). Berbagai catatan kuno bangsa India menamai kepulauan ini “Dwipantara” (Kepulauan Tanah Seberang), nama yang diturunkan dari kata Sansekerta “dwipa” (pulau) dan “antara” (luar, seberang). Kisah Ramayana karya pujangga Valmiki yang termasyhur itu menceritakan pencarian terhadap Sinta, istri Rama yang diculik Ravana, sampai ke “Suwarnadwipa” (Pulau Emas, yaitu Sumatra sekarang) yang terletak di Kepulauan Dwipantara.Bangsa Arab menyebut tanah air kita “Jaza’ir al-Jawi” (Kepulauan Jawa). Nama Latin untuk kemenyan adalah “benzoe”, berasal dari bahasa Arab “luban jawi” (kemenyan Jawa), sebab para pedagang Arab memperoleh kemenyan dari batang pohon “Styrax sumatrana”. Karena hanya tumbuh di sumatra. Kemudian menurut sumber lain juga dahulu orang-orang islam pergi haji.
Jemaah haji kita masih sering dipanggil “Jawa” oleh orang Arab. Bahkan orang Indonesia luar Jawa sekalipun. “Samathrah, Sholibis, Sundah, kulluh Jawi” (Sumatra, Sulawesi, Sunda, semuanya Jawa).
Lalu tibalah zaman kedatangan orang Eropa ke Asia. Bangsa Eropa yang pertama kali datang itu beranggapan bahwa Asia hanya terdiri dari Arab, Persia, India, dan Cina. Bagi mereka, daerah yang terbentang luas antara Persia dan Cina semuanya adalah “Hindia”. Semenanjung Asia Selatan mereka sebut “Hindia Muka” dan daratan Asia Tenggara dinamai “Hindia Belakang”.
Sedangkan tanah air kita memperoleh nama “Kepulauan Hindia” (Indische Archipel, Indian Archipelago, l’Archipel Indien) atau “Hindia Timur” (Oost Indie, East Indies, Indes Orientales). Nama lain yang juga dipakai adalah “Kepulauan Melayu” (Maleische Archipel, Malay Archipelago, l’Archipel Malais).
Ketika tanah air kita terjajah oleh bangsa Belanda, nama resmi yang digunakan adalah “Nederlandsch-Indie” (Hindia Belanda), sedangkan pemerintah pendudukan Jepang 1942-1945 memakai istilah “To-Indo” (Hindia Timur). Eduard Douwes Dekker (1820-1887), yang dikenal dengan nama samaran Multatuli, pernah mengusulkan nama yang spesifik untuk menyebutkan kepulauan tanah air kita, yaitu “Insulinde”, yang artinya juga “Kepulauan Hindia” (bahasa Latin “insula” berarti pulau). Tetapi rupanya nama “Insulinde” ini kurang populer dan kurang meluas.
Bagi orang Bandung, “Insulinde” mungkin cuma dikenal sebagai nama toko buku yang pernah ada di Jalan Otista.
Pada tahun 1920-an, Ernest Francois Eugene Douwes Dekker (1879-1950), yang kita kenal sebagai Dr. Setiabudi (beliau adalah cucu dari adik Multatuli), memopulerkan suatu nama untuk tanah air kita yang tidak mengandung unsur kata “India”. Nama itu tiada lain adalah Nusantara, suatu istilah yang telah tenggelam berabad-abad lamanya. Setiabudi mengambil nama itu dari Pararaton, naskah kuno zaman Majapahit yang ditemukan di Bali pada akhir abad ke-19 lalu diterjemahkan oleh J.L.A. Brandes dan diterbitkan oleh Nicholaas Johannes Krom pada tahun 1920.
Namun perlu dicatat bahwa pengertian Nusantara yang diusulkan Setiabudi jauh berbeda dengan pengertian, nusantara zaman Majapahit. Pada masa Majapahit Nusantara digunakan untuk menyebutkan pulau-pulau di luar Jawa (antara dalam bahasa Sansekerta artinya luar, seberang) sebagai lawan dari ”Jawadwipa” (Pulau Jawa). Oleh Dr. Setiabudi kata nusantara zaman Majapahit yang berkonotasi jahiliyah itu diberi pengertian yang nasionalistis. Dengan mengambil kata Melayu asli antara, maka Nusantara kini memiliki arti yang baru yaitu “nusa di antara dua benua dan dua samudra”, sehingga Jawa pun termasuk dalam definisi nusantara yang modern. Istilah nusantara dari Setiabudi ini dengan cepat menjadi populer penggunaannya sebagai alternatif dari nama Hindia Belanda.
Sampai hari ini istilah nusantara tetap kita pakai untuk menyebutkan wilayah tanah air kita dari Sabang sampai Merauke. Tetapi nama resmi bangsa dan negara kita adalah Indonesia. Kini akan kita telusuri dari mana gerangan nama yang sukar bagi lidah Melayu ini muncul.
Pada pertengahan abad XIX di Singapura muncul majalah tahunan Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA), yang dikelola oleh James Richardson Logan dari Skotlandia yang meraih sarjana hukum dari Universitas Edinburgh. Kemudian salah seorang ahli etnologi Inggris Geoge Samuel Windsor Earl bergabung ke redaksi. Dalam JIAEA Volume IV tahun 1850, halaman 66-74, Earl menulis artikel On the Leading Characteristics of the Papuan, Australian and Malay-Polynesian Nations. Dalam artikelnya itu Earl menegaskan bahwa sudah tiba saatnya bagi penduduk Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu untuk memiliki nama khas (a distinctive name), sebab nama Hindia tidaklah tepat dan sering rancu dengan penyebutan India yang lain. Earl mengajukan dua pilihan nama: Indunesia atau Malayunesia (nesos dalam bahasa Yunani berarti pulau). Pada halaman 71 artikelnya itu tertulis: "... the inhabitants of the Indian Archipelago or Malayan Archipelago would become respectively Indunesians or Malayunesians".
Tetapi Earl lebih memilih malayunesia daripada Indunesia sebab istilah ini lebih tepat karena berada pada kepulauan melayu sedangkan kata Indunesia lebih tepat digunakan pada Sri Lanka (Ceylon) dan Maladewa (Maldives). Dalam JIAEA Volume IV itu juga, halaman 252-347, James Richardson Logan menulis artikel The Ethnology of the Indian Archipelago. Logon kebingungan untuk memberikan nama karena Indian Archipelago terlalu panjang sehingga Logon memutuskan untuk memakai Istilah Indunesia, tetapi tidak sama persis dengan mengganti huruf “u” dengan huruf “o” agar lebih mudah.
Pada akhir abad XIX seorang guru besar dari Universitas Berlin, Adolf bastian menerbitkan buku tentang penelitianya tentang Hindia Belanda (Nederlandsch-Indie). Yang di situ menyebutkan istilah Indonesia sebagai pengganti Hindia Belanda yang sebenarnya kata Indonesia ini diambil dari bukunya Logon sehingga sempat muncul anggapan yang menciptakan istilah Indonesia adalah bastian. Karena buku bastian inilah yang mempopulerkan istilah Indonesia kepada mahasiswa dari Hindia Belanda yang belajar dinegeri kincir angin itu.

Kapan sih istilah ”Indonesia” ada di benak pribumi orang-orang Hindia-Belanda???
Nalikone jaman semono, negeri ini di kenal dengan Hindia-Belanda karena dikuasai oleh kerajaan Belanda. Hasanudin dari Makasar, pangeran Antasari dari Kalimantan, pangeran Diponegoro dari Jawa, I Ketut Jelantik dari Bali, kemudian Tuanku imam Bonjol dari Sumatra, apalagi kapitan Pattimura dari Maluku yang hidupnya ditengah hutan, mereka dalam perjuanganya tidak pernah menyebut kata-kata ”Indonesia”. Tapi aneh bin ajaib juga mereka dikenal dengan Pahlawan Nasional Indonesia.
Jika kita merenungkan lagi para pahlawan yang selalu bertindak secara berdaulat dan dengan penuh semangat yang gigih mereka mempunyai cita-cita yang universal, sama, dan satu tujuan. Mereka berjuang untuk mewujudkan kebebasan dan kesejahteraan bagi masyarakatnya. Yang pada saat itu dirampas dan diinjak-injak oleh Belanda. Dan saya selalu optimis pasti selalu ada generasi muda yang selalu melanjutkan perlawanan terhadap para perampas kebebasan dan penindas kemanusiaan.
Pada abad ke XVI semangat kedatangan bangsa asing di Nusantara telah meluluh lantahkan negeri berbudaya ini. Yang disertai semangat Gold, Glory, dan Gospel, dan memegang teguh Imprealisme. Baru pada akhir abad XIX pasca revolusi industri di Eropa muncul gagasan dari kerajaan Belanda untuk meningkatkan pendidikan di negeri jajahanya yang dikenal dengan politik etis. Gubernur Jendral J.C Boud mengusulkan didirikanya lembaga pendidikan. Maka terbentukalah Kweekshcolen (sekolah guru pribumi). Yang pada tahap selanjutnya berdiri 20 sekolah rakyat. Tetapi yang boleh sekolah masih anak bangsawan. Kurang lebih 20 tahun kemudian didirikan Hoofden Scholen (Sekolah pangrah projo). Satu persatu orang pribumi mulai mengenal sekolah.
Pada awal abad XIX dibuka perguruan tinggi untuk pribumi di Belanda. Pada awalnya 5 orang menjadi mahasiswa. Selanjutnya setelah beberapa tahun disusul 23 orang pribumi yang menempuh pendidikan di Belanda. Mereka membentuk Indische Vereniging (Perhimpunan Hindia) yang bertujuan memperbaikai dan meningkatkan kepentingan bersama dan memelihara hubungan dengan Hindia-Belanda. Inilah yang memunculkan semangat patriotisme dan nasionalisme di mana mahasiswa pribumi dari daerah yang berbeda-beda menyatakan berorganisasi demi cita-cita dan cara mencapainya dengan kebersamaan dan satu kesepahaman.
Sementara di Hindia-Belanda juga muncul organisasi-organisasi terpelajar dengan cita-cita yang sama dan tujuan yang sama seperti Budi Utomo, Syarekat Islam, Perhimpunan Teosofi, dan lain-lainya. Pada tanggal 14 April 1917 terjadi pertemuan antara organisasi di Hindia-Belanda dan organisasi orang Hindia di Belanda, tempatnya di Hotel Paulez, Den Haag. R.M.A. Soerjo Poetro selaku anggota tetap Indische Vereniging selalu menyebut kata ”Indonesie”. Dan ”Indonesier” (orang Indonesia). Kata ”Indonesie” dan ”Indonesier”. Pada tahap selanjutnya kata ”Indonesie” berkembang di antara mahasiswa Hindia dan majalah Hindia Poetra selalu menggunakan kosa kata ”Indonesie” dan ”Indonesier”.
Indische Vereniging yang semula organisasi mahasiswa berubah menjadi organisasi politik yang akhirnya berubah nama menjadi Indonesie Vereniging. Setelah itu sebutan untuk orang-orang pribumi bukan Hindia-Belanda tetapi Indonesier. 
KEBANGKITAN NASIONAL; SAATNYA PEMUDA BANGKIT
Oleh: Titin Dwi S.

“Bangsa, salah satunya merupakan hasil penyulingan artefak budaya masa lalu untuk kepentingan masa kini” (Ben Anderson)

Hari Kebangkitan Nasional adalah masa bangkitnya semangat persatuan, kesatuan, dan nasionalisme, serta kesadaran untuk memperjuangkan Indonesia yang sebelumnya tidak muncul selama penjajahan dengan perlawanan secara tradisional. Masa kebangkitan ini ditandai dengan dua peristiwa penting yaitu berdirinya Boedi Oetomo pada tanggal 20 mei 1908 dan ikrar sumpah pemuda 28 Oktober 1928. jika kita coba flashback ke sejarah , kaum muda selalu menjadi menjadi motor dalam setiap perubahan di negeri ini. Benedict Anderson mengatakan bahwa “Sejarah Indonesia adalah sejarah pemudanya”.

Pemuda adalah salah satu kekuatan yang menjadi garda terdepan dalam perubahan social, politik, ekonomi, dan budaya. Perubahan yang terjadi di beberapa belahan dunia tak lebas dari pemuda. Namun pemuda dulu dengan sekarang sangat berbeda. Diantara perbedaan pemuda dulu dengan sekarang yakni kaum muda dulu beranggapan bahwa ke-Indonesiaan belum selesei sehingga perlu ada sebuah konsep yang berupa ideologi yang harus diperjuangkan, misalnya saja bagaimana Soekarno, Hatta, Sjahrir, Tan Malaka dengan ideologi dan keyakinan masing-masing mencoba menawarkan sebuah konsep untuk kesejahteraan Indonesia. Sedangkan gerakan pemuda sekarang tampak berjalan semu tanpa arah yang jelas. Bahkan bisa dikatakan selalu mengekor dengan keadaan yang ada sebelumnya.

Generasi yang sekarang tidak menyadari, mereka alpa dan buta terhadap musuh bersama yang menyusup halus dan mengerogoti sendi-sendi berbangsa. Pemuda sekarang cenderung terombang-ambing dan lebih suka ikut arus tanpa pegangan teguh. Ideologi pemuda sekarang adalah pragnatisme dan hedonisme. Mereka juga beranggapan bahwa nasionalisme itu kuno. Banyak pemuda sekarang yang suka gembar-gembor tentang perubahan. Lalu bagaimana perubahan itu bisa dicapai apabila nasionalisme di anggap kuno? Bagaimana bisa membawa perubahan apabila mereka tidak mengerti sejarah? Dan bagaimana perjuangan pemuda bisa bangkit apabila mereka tidak bisa bangkit apabila mereka tidak mengerti arti peringatan hari kebangkitan nasional itu sendiri?

Hari kebangkitan nasional diperingati setiap tanggal 20 mei dimana pada tanggal itu berdirinya organisasi Budi Utomo yang merupakan tonggak kebangkitan nasional. Dari sinilah pergerakan pemuda yang mengusung berbagai pemikiran-pemikiran menuju perubahan dan perbaikan bangsa bermunculan. Organisasi ini pula yang mengawali gerakan pemuda Indonesia dalam sebuah organisasi modern. Sejarah pun mencatat begitu banyak kenangan berharga dan mengharukan yang terukir melalui pahit getirnya perjuangan bangsa sejak jauh sebelum 1908. Semua itu membangkitkan kebanggaan pada tentang apa yang akan diperbuat hari kebangkitan nasional. Awal kebangkitan nasional bukanlah terjadi dengan dengan sendirinya, tapi berawal dari rasa keprihatinan terhadap bangsa kebodohan, kemiskinan, dan keterbelakangan yang disebabkan oleh politik colonial belanda. Generasi sekarang harusnya bisa belajar dari tokoh-tokoh pemuda pada zaman pra dan paska kemerdekaan. Jangan sampai sejarah menjadi sebuah sejarah. Hanya jadi sebuah bacaan pelengkap mata pelajaran semata. Tapi pemuda harus menggunakan sebagai cermin untuk melanjutkan pembangunan bangsa. Jangan sampai persoalan-persoalan negeri ini membuat semangat juang pemuda ikut luntur pula. Ditambah lagi dengan realita pemuda dewasa ini dimana seringkali terjadi tindak criminal dan tindak asusila. Tidak ada waktu lagi untuk pemuda bersantai-santai menunggu perubahan yang akan dilakukan oleh para pemimpin di negeri yang carut-marut ini. Sudah saatnya kita merubah ketergantungan dengan bangsa lain.

*******

Saatnya yang muda yang memimpin, bukan hanya urusan bagaimana suksesi kepemimpinan beralih ke generasi selanjutnya. Namun pemuda harus memiliki arah dan orientasi perjuangan, sehingga tidak gagap dan terseok-seok dalam menyeleseikan persoalan bangsa. Agar stigma sebagi “anak bau kencur” yang tidak mempunyai kesiapan untuk memimpin. Gerakan pemuda mesti merekrut besar-besaran untuk menghilangkan secara total stigma yang negative pemuda dengan cara apapun. Setelah itu pemuda harus melakukan pengkaderan yang tidak hanya menularkan semangat, tapi juga mampu merubah paradigma. Berdasarkan yang ditulis Thomas Khun dalam tesisnya bahwa perubahan social pasti diawali dengan perubahan paradigma. Dan seperti yang dikatakan Dr. Soetomo bahwa “Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang menghasilkan pemimpin baru. Bila seorang pemimpin tidak menghasilkan pemimpin baru maka, pemimpin tersebut kandas dalam kepemimpinanya”.

Untuk itu, pemuda harus memikirkan persiapan yang matang, agar tidak dikatakan nafsu besar, tapi tenaga kurang. Ke-Indonesiaan belumlah selesei jika seluruh komponen tidak ikut andil dalam membenahinya.

Sekali lagi, Inilah saat yang tepat untuk pemuda benar-benar bangkit dari persoalan baik diri maupun kolektif. Kaum muda harus memikirkan apa yang akan terjadi, pemuda wajib menciptakan momentum kepemimpinan kaum muda. Karena sudah saatnya bangsa ini dipimpin orang-orang muda yang revolusioner. Sejarah bukan hanya milik masa lalu, namun sekarang harus mencipta sejarah. Bolehlah kita menulis sejarah dan mengukir sejarah tapi sejarah harus menulis dan mengukir kita. Seperti halnya Muhammad yang saw, Ali ra, bahkan soekarnonya Indonesia adalah orang-orang muda di negeri ini. 

PERS MAHASISWA INDONESIA SIAP MENGAWAL ISU PENDIDIKAN

Pendidikan sangat penting demi peningkatan kesejahteraan masyrakat, dan seluruh masyarakat dari berbagai lapisan berhak mendapatkan pendidikan. Tetapi apa jadinya jika ternyata system pendidikan di negara ini tidak memihak kepada rakyat.

Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia (PPMI) telah melakukan konsolidasi nasional di Jogjakarta. Acara yang dilaksanakan pada tanggal 8-10 Mei 2009 ini dimaksudkan untuk memperingati hari pendidikan dan sekaligus juga merayakan Diesnatalis PPMI yang ke 17. Acara ini diikuti seluruh Lembaga Pers Mahasiswa yang ada diseluruh Indonesia yang masuk dalam anggota PPMI tak terkecuali LPM “LAUN” STIT Al-Muslihuun Blitar yang diwakili oleh M. Shodiqul Anwar dan M. Asrofi. Dari semua anggota PPMI dewan kota Aceh dan Dewan Kota Denpasar tidak bisa hadir karena ada permasalahan internal.

Acara dimulai dengan dengan seminar nasional yang dilaksanakan di gedung rektorat Universitas Negeri Jogjakarta dengan nara sumber Herwindo Haribowo, Ph.D. staf ahli Mendiknas Bidang hubungan internasional dan umum, Anies Baswedan Rektor Universitas Paramadina, Eko Prasetyo penulis buku. Buku yang terakhir ditulis adalah anak miskin dilarang sekolah. Dan juga Fandy Achmad selaku sekjend PPMI nasional juga ikut memberikan gagasan-gagasan dan pemikiranya dalam seminar ini. Sekarang pemerintah telah memkampanyekan tentang pendidikan gratis karena pendidkan merupakan “Public Goods” yaitu sesuatu yang harus dinikmati secara gratis dan pendikan mempunyai fungsi dan tujuan yang sangat penting sesuai dengan UUSPN No.20/2003, pasal 3. Fokus utama problem pendidikan secara universal ada dua yaitu, Pertama, perluasan dan peningkatan akses pendidikan. Kedua, Peningkatan mutu pendidikan. Dan juga sumber daya pendidikan harus diprioritaskan kepada tiga hal yaitu Infrastruktur pendidikan, tenaga pendidik, operasi pendidikan sehari-hari.

Anies Baswedan dalam seminar mengatakan bahwa pendidikan Indonesia saat ini tidak lagi sesuai fungsinya yaitu sebagai rekayasa struktur masyarakat. Dan pendidikan sekarang seperti pendidikan pra colonial hanya orang-orang kelas atas yang bisa sekolah. Ketika tahun 1960an pendidikan Indonesia telah berhasil menaikan status social dari kelas bawah menjadi kelas menengah tetapi sekarang mengalami stagnan. Dari kelas bawah yang bisa mengusai secara otodidak akan terbentur dengan biaya. Maka status social tidak akan berubah padahal mereka mempunyai potensi di garda depan di negeri ini.

Eko Prasetyo juga mengatakan dimana-mana pemerintah mengkampanyekan sekolah gratis, logikanya sekolah gratis sudah ada dimana-mana, tapi realitanya dimana ada sekolah gratis? Sekolah gratis tidak pernah terwujud karena kapitalisasi pendidikan telah menjalar keseluruh system maka hanya ada tiga golongan yang akan selalu bisa merasakan pendidikan yaotu orang kaya, orang yang kaya sekali, dan orang yang kayanya masyaallah.

Sedangkan Fandy Achmad lebih menyoroti masalah BHP yang sangat merugikan siswa dan mahasiswa. Bagi perguruan tinggi yang belum siap maka untuk operasional akan membebankan kepada siswa dan mahasiswa.

Setalah acara seminar usai dalanjutkan dengan pernyataan sikap PPMI bahwa PPMI menolak diberlakukanya BHP dan PPMI akan terus mengawal isu pendidkan dan akanmengambiol peran penting dalam perpektif bersama. Gerakan PPMI adalah lewat media, yang notabene memiliki kekuatan budaya literasi dan dialektis.

Pasca seminar dilanjutkan dengan launching merahputih-online.com. Diharapkan seluruh LPM yang tergabung dalam PPMI aktif menulis tentang isu-isu social, budaya dan pendidikan yang di publikasikan melalui merahputih-online.com.

Untuk konsolidasi pers mahasiswa dilaksanakan di wisma pemuda (Youth Hospel) Jogjakarta. Konsolidasi lebih menekankan pada penguatan jaringan persmahasiswa dan memahami permasalahan-permasalahan pers mahasiswa yang ada di masing-masing dewan kota. Permaslahan-permasalahan yang coba diangkat tidak hanya di pada dewan kota yang sudah terbentuk tetapi juga untuk dewan kota yang masih caretaker seperti Blitar, Kediri, Ponorogo, Jombang, dan Purwa Karta. Setelah konsolidasi pada malam hari diadakan perayaan prosesi Ultah PPMI yang ke-17 yang diisi oleh hiburan dan juga rencana penerbitan buku alumni.

Pada hari ke-3 adalah hari terakhir acara ini tetapi acaranya sangat vital yaitu Up Graiding untuk sekjend dewan kota, BP LITBANG, dan BP ADVOKASI. Dari hasil Up graiding masing-masing sekjend Dewan kota diharapkan benar-benar bisa menjadi kordinasi masing-masing LPM yang tergabung di Dewan kota masing-masing. Sedangkan untuk BP Litbang lebih ditekankan pada empat agenda yaitu pendataan data base, analisis wacana tentang isu pendidikan di masing-masing kota, dokumentasi produk LPM, dan pendataan alumni. BP Advokasi lebih ditekankan pada advokasi kepada LPM yang mengalami kemunduran karena bagaimanapun juga PPMI akan kuat jika LPM-LPM di semua wilayah kuat. (Shodiqul-Red)