Sabtu, 12 September 2009

PERS MAHASISWA INDONESIA SIAP MENGAWAL ISU PENDIDIKAN

Pendidikan sangat penting demi peningkatan kesejahteraan masyrakat, dan seluruh masyarakat dari berbagai lapisan berhak mendapatkan pendidikan. Tetapi apa jadinya jika ternyata system pendidikan di negara ini tidak memihak kepada rakyat.

Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia (PPMI) telah melakukan konsolidasi nasional di Jogjakarta. Acara yang dilaksanakan pada tanggal 8-10 Mei 2009 ini dimaksudkan untuk memperingati hari pendidikan dan sekaligus juga merayakan Diesnatalis PPMI yang ke 17. Acara ini diikuti seluruh Lembaga Pers Mahasiswa yang ada diseluruh Indonesia yang masuk dalam anggota PPMI tak terkecuali LPM “LAUN” STIT Al-Muslihuun Blitar yang diwakili oleh M. Shodiqul Anwar dan M. Asrofi. Dari semua anggota PPMI dewan kota Aceh dan Dewan Kota Denpasar tidak bisa hadir karena ada permasalahan internal.

Acara dimulai dengan dengan seminar nasional yang dilaksanakan di gedung rektorat Universitas Negeri Jogjakarta dengan nara sumber Herwindo Haribowo, Ph.D. staf ahli Mendiknas Bidang hubungan internasional dan umum, Anies Baswedan Rektor Universitas Paramadina, Eko Prasetyo penulis buku. Buku yang terakhir ditulis adalah anak miskin dilarang sekolah. Dan juga Fandy Achmad selaku sekjend PPMI nasional juga ikut memberikan gagasan-gagasan dan pemikiranya dalam seminar ini. Sekarang pemerintah telah memkampanyekan tentang pendidikan gratis karena pendidkan merupakan “Public Goods” yaitu sesuatu yang harus dinikmati secara gratis dan pendikan mempunyai fungsi dan tujuan yang sangat penting sesuai dengan UUSPN No.20/2003, pasal 3. Fokus utama problem pendidikan secara universal ada dua yaitu, Pertama, perluasan dan peningkatan akses pendidikan. Kedua, Peningkatan mutu pendidikan. Dan juga sumber daya pendidikan harus diprioritaskan kepada tiga hal yaitu Infrastruktur pendidikan, tenaga pendidik, operasi pendidikan sehari-hari.

Anies Baswedan dalam seminar mengatakan bahwa pendidikan Indonesia saat ini tidak lagi sesuai fungsinya yaitu sebagai rekayasa struktur masyarakat. Dan pendidikan sekarang seperti pendidikan pra colonial hanya orang-orang kelas atas yang bisa sekolah. Ketika tahun 1960an pendidikan Indonesia telah berhasil menaikan status social dari kelas bawah menjadi kelas menengah tetapi sekarang mengalami stagnan. Dari kelas bawah yang bisa mengusai secara otodidak akan terbentur dengan biaya. Maka status social tidak akan berubah padahal mereka mempunyai potensi di garda depan di negeri ini.

Eko Prasetyo juga mengatakan dimana-mana pemerintah mengkampanyekan sekolah gratis, logikanya sekolah gratis sudah ada dimana-mana, tapi realitanya dimana ada sekolah gratis? Sekolah gratis tidak pernah terwujud karena kapitalisasi pendidikan telah menjalar keseluruh system maka hanya ada tiga golongan yang akan selalu bisa merasakan pendidikan yaotu orang kaya, orang yang kaya sekali, dan orang yang kayanya masyaallah.

Sedangkan Fandy Achmad lebih menyoroti masalah BHP yang sangat merugikan siswa dan mahasiswa. Bagi perguruan tinggi yang belum siap maka untuk operasional akan membebankan kepada siswa dan mahasiswa.

Setalah acara seminar usai dalanjutkan dengan pernyataan sikap PPMI bahwa PPMI menolak diberlakukanya BHP dan PPMI akan terus mengawal isu pendidkan dan akanmengambiol peran penting dalam perpektif bersama. Gerakan PPMI adalah lewat media, yang notabene memiliki kekuatan budaya literasi dan dialektis.

Pasca seminar dilanjutkan dengan launching merahputih-online.com. Diharapkan seluruh LPM yang tergabung dalam PPMI aktif menulis tentang isu-isu social, budaya dan pendidikan yang di publikasikan melalui merahputih-online.com.

Untuk konsolidasi pers mahasiswa dilaksanakan di wisma pemuda (Youth Hospel) Jogjakarta. Konsolidasi lebih menekankan pada penguatan jaringan persmahasiswa dan memahami permasalahan-permasalahan pers mahasiswa yang ada di masing-masing dewan kota. Permaslahan-permasalahan yang coba diangkat tidak hanya di pada dewan kota yang sudah terbentuk tetapi juga untuk dewan kota yang masih caretaker seperti Blitar, Kediri, Ponorogo, Jombang, dan Purwa Karta. Setelah konsolidasi pada malam hari diadakan perayaan prosesi Ultah PPMI yang ke-17 yang diisi oleh hiburan dan juga rencana penerbitan buku alumni.

Pada hari ke-3 adalah hari terakhir acara ini tetapi acaranya sangat vital yaitu Up Graiding untuk sekjend dewan kota, BP LITBANG, dan BP ADVOKASI. Dari hasil Up graiding masing-masing sekjend Dewan kota diharapkan benar-benar bisa menjadi kordinasi masing-masing LPM yang tergabung di Dewan kota masing-masing. Sedangkan untuk BP Litbang lebih ditekankan pada empat agenda yaitu pendataan data base, analisis wacana tentang isu pendidikan di masing-masing kota, dokumentasi produk LPM, dan pendataan alumni. BP Advokasi lebih ditekankan pada advokasi kepada LPM yang mengalami kemunduran karena bagaimanapun juga PPMI akan kuat jika LPM-LPM di semua wilayah kuat. (Shodiqul-Red)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar