Sabtu, 12 September 2009

PERINTAH KOMANDAN
Oleh: M. Asrofi

Pagi-pagi buta seorang tentara mbalelo pulang ke Asramanya dengan tergesa-gesa dari rumah sakit tentara, sudah tiga hari tentara mbalelo ini kurang istirahat. Istrinya sakit kanker rahim. Ketika pagi harus mengurusi anaknya yang masih TK dan menyiapkan sarapan dan segala sesuatu keperluan anaknya. Ketika pagi anaknya yang masih kecil selalu menanyakan kemana ibunya. Dengan lugunya ia bertanya kepada bapaknya yang gagah. “Yah, mana ibu? Kok gak pernah nyiapkan sarapan lagi”.

Sang bapak yang seorang tentara menjawab dengan hati yang gelisah “Ibu masih sakit nak, jadi belum bisa menyiapkan sarapan, memandikanmu, dan menyiapkan segala keperluanmu. Insyaallah beberapa hari lagi sudah bisa mengurusimu lagi.”

“Tapi kapan yah?”

“Ya kita berdoa saja mudah-mudahan ibu cepat sembuh. Nak hari ini saya ngak sempat memasak untukmu, sarapanya saya belikan roti saja ya karena hari ini komandan akan mengadakan Breafing karena siang ini akan ada huru-hara kata komandan jadi ayah harus menjalankan tugas ayah sebagai tentara”

“Terus pulangnya kapan? Terus nanti kalau pulang aku sama siapa”

“Kemarin bibi Anita sudah saya kasih tahu kalau hari ini ayah ada tugas jadi nanti pulangnya bersama bibi anita”

langsung sang tentara mengantarkan anaknya pergi ke sekolah, Dan sang tentara juga langsung menuju ke tempat breafing yaitu lapangan markas tentara. Dia sadar bahwa tugas kali ini sangat berat karena akan langsung berhadapan dengan sesuatu yang diagung-agungkan dunia layaknya agama baru. Dia sealu ingat bahwa setiap tentara tidak boleh mbalelo terhadap perintah. Karena mbalelo bukanlah jiwa ksatria. Pesan ini selalu teringat dalam dirinya. Dalam hatinya sebenarnya betanya-tanya apakah sang komandan adalah dewa yang selalu benar, setiap perintah tidak boleh ditolak walaupun kadang benyak tentara-tentara yang tidak tahu-menahu tentang yang diperintahkan.

Tentara ini memang dikenal dengan tentara mbalelo, karena kebiasaanya yang mbalelo. Dalam dunia militer tidak boleh banyak bertanya, jika banyak bertanya berarti dianggap bodoh karena tidak mengerti perintah. Yang diperbolehkan adalah jika ada perintah harus dijalankan tidak boleh melanggar. Dan setiap perintah tidak boleh dirubah-rubah karena perintah adalah otoritas yang benar dan tidak boleh dibantah. Dan tentara mbalelo ini seorang yang banyak tanya dengan perintah yang diberikan. Dan sudah beberapa hari ia izin karena menunggu istrinya sakit.

Pagi yang panas semakin terasa menyengat, perjuangan hari ini terasa berat untuk dilalui. Sampailah ia di lapangan tempat untuk melakukan briefing untuk tugas hari ini. Tugas hari ini sangat berat karena menyangkut Demokrasi, HAM, dan Humanisme. Makanya sang komandan sangat berhati-hati dalam berbicara dalam memberikan breafing itu agar tidak terjadi kesalahan prosedur menjalankan tugas yang berat ini.

Setelah datang langsung saja sang tentara mbalelo mengambil posisi dilapangan tempat yang berada di samping kanan paling depan. Untung saja hari ini tidak terlambat karena seperti kebiasaan jika seorang tentara terlambat berarti tidak disiplin dan akan mendapat mendapat hukuman.

“Siap…………gerak!!!!” Teriak komandan berarti tanda briefing akan dimulai.

Komandan mengambil posisi didepan pleton barisan sang tentara dan segera mengawali pembicaraan setelah pasukan diistirahatkan.

“Selamat pagi para prajurit yang gagah dan perkasa yang selalu membela bangsa dan tanah air. Pastinya kalian semua tahu bahwa hari ini ada tugas. Nanti kita semua akan mendapat tugas yang mulia karena kita akan terlibat langsung dengan yang besar di dunia ini. Yang diperjuangkan setiap orang” komandan berhenti sejenak menghela nafas dan kemudian meneruskan pidatonya.

“Ini perintah……
Kalian prajurit TNI
Prajurit yang tak membantah perintah
Adakah pertanyaan?

“Tidaaaaaaaak…………….” Jawab semua prajurit dengan tegas, kecuali dengan prajurit mbalelo karena masih bingung tugas apa yang sangat mulia yang sampai seluruh manusia di dunia mengagung-agungkanya.

Bila tidak…..
Saya tegaskan lagi perintah saya
Kita pasukan PHH
Pasukan Pengendali Huru-Hara
Tugas kita……..
Membantu POLRI mengendalikan huru-hara
Bila kalian diludahi
Jangan melawan
Bila dilempari plastik berisi air kencing jangan juga melawan
Bila dilempari Koran berisi telek ayam atau dilempari telor busuk
Tai kotok atau tai manusia
Itu pun jangan coba melawan
HAM menuntut kita begitu
H titik A titik M titik
Hak Azasi Manusia

Demokrasi yang diartikan kebebasan,
Mengharuskan begitu
Kebebasan harus dihormati
Aparat keamanan harus manusiawi
Aparat keamanan harus memberi peluang,
Memberi peluang tegaknya Demokrasi
Dan kita adalah aparat keamanan
Jelas semuanya………….?” Tanya sang Komandan dengan lantang

“Jelaaaaaaaaaaaaaas……..” Jawab semua prajurit menerima perintah.

Seorang prajurit yang mbalelo tetap bungkam, dalam hati masih kebingungan. Bibir keringnya masih bergumam karena ada sesuatu yang ingin ditanyakan. Sejak pagi bibir itu belum tersentuh kopi panas, teh hangat, atau air putih sekalipun. Istrinya sudah tiga hari tergolek di Rumah Sakit Tentara, ada gejala kanker rahim. Anaknya yang masih TK ditipkan pada istri komandan regunya. Bibirnya masih bergumam walau sikap istirahatnya tetap sempurna. Akhirnya dengan memberanikan diri ia bertanya.

“Izin bertanya komandan…………” Teriaknya lantang sambil mengacungkan tangan kirinya, tangan kananya tetap sempurna, menandakan kesiapanya walaupun dalam hati sebenarnya juga masih ragu.

“Ya silahkan..!” Jawab sang komandan dengan tegap.

“Siapa itu HAM
dan siapa itu demokrasi komandan?
Apakah dia Panglima kita?
Atau atasan Panglima kita?
Mengapa Demokrasi dan HAM melarang kita tidak boleh melawan jika nanti kita dilempari plastik berisi air kencing, Koran berisi telek ayam, telor busuk, tai kotok, ataupun tai manusia. Mohon dijelaskan siapa itu HAM dan Demokrasi komandan? Terima kasih”

Sang komandan tersentak, batinya menjerit. Hatinya berkata di dalam tatapanya yang kosong.

Prajuritku bodoh
Adakah mereka belum tahu arti Demokrasi?
Arti dari Hak Azasi Manusia tentang kemanusiaan?
Yang memanusiakan manusia
Atau perintahkukah yang tidak manusiawi?
Atau mungkin Pelempar plastik berisi air kencing, koran berisi telek ayam, telor busuk
Tai kotok ataupun tai manusia yang tidak manusiawi?
Atau tuntutan HAM dan Demokrasi itu sendiri

“Prajurit mbalelo
Kalau kau dilapangan nanti harus mbalelo
Kalau kau dilapangan nanti harus melawan,
Dengan rotan kecil sekalipun
Pelempar plastik berisi air kencing, Koran berisi telek ayam, telor busuk
Pelempar tai kotok dan juga tai manusia yang mengenai mukamu
Bisa jadi kaulah yang paling manusiawi
Prajurit mbalelo
Karena kau masih punya harga diri” Jawaban menanggapi pertanyaan dari prajurit mbalelo.

“Siap grak……………
Ini perintah titik. Tidak boleh ada yang melawan. Tanpa penghormatan bubar jalan” lanjut sang komandan segera menutup briefing itu. Karena tidak mau lagi ada pertanyaan yang serupa.

Ketika perintah itu usai terucap, semua mata bersorot tajam. Sorotnya tajam namun ragu. Sorotnya tajam namun bimbang. Sorotnya tajam namun…………ada gumam kecil pada bibir yang kering. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar