Sabtu, 12 September 2009

NEGARA “BANGSA KULI”
Diqul AN

Indonesia merupakan negara yang paling kaya akan sumber daya alam yang siap diolah oleh bangsa dan menciptakan lapangan kerja. Banyak egara adidaya serti Amerika, Jepang, Unisoviat yang mengincar untuk menanam saham dengan misi meraup keuntungan yang besar besaran. Kallaupun SDA di nusantara diolah sendiri, masyarakat akan makmur sejahtera. Akan tetapi realitasnya masyarakat banyak meninggalkan Tanah Air dan menjadi kuli keluar Negri.

Masih teringat segar di kepalaku saat di mintai pertolongan untuk untuk mengantarkan ke Station terdekat oleh ttanggaku. Awalnya aku berfikir, “mau kemana tetanggaku pergi, ini kok suruh mengantarkan Ke Station ”. saat itu jam 14.00, bukankah jam segini waktunya istirahat layaknya adat daerah peesaan setelah capek bekerja dari sawah ‘dalam benaku’. Apa yang ada di fikiranku itu hanya ku tanpung di dalam otak, arti kata tetanggaku yang mau pergi tidak ku tanya kemana arah tujuan pergi. Selang yang mau berangkat , dia yang akan pergi berpamitan dengan keluarga besar. Layaknya mau berpergianjauh dan harus pulang kanmpung halaman beberapa tahun kemudian. Trerahir yang dipamiti adalah Orang Tuanya. Ku lihat perpisahan ini sangat sangat Sakral. Karna di dlam berpamitan terair ada doa keslamatan. pesan terahir dari ke dua Orang Tua untuk orang yang pergi, ”Hati-Hati anaku, semoga kamu berhasil sesuai apa yang kamu cita citakan untuk mencari drejeki di Luar Negri”. Kat itu membuat kau baru faham bahwa kepergian ini untuk mencari nahkah, menjadi Buruh/ Kuli ke Negri Orang.
Keberangkatan di iringi harap harap cemas oleh keluarga besar. Entah kenapa di tengah perjalanan , entah kenapa pertanyaan dari ku menghujani tetanggaku yang mau pergi. Teryata keberangkatan keberangkatan ini menuju Kota Malang alasanya peyalur tenaga kerja keluar Negeri memang kantornya di malang. Di kota itu pun masih harus menuggu dan enggak tahu harus menunggu berapa bulan, tahun sampai bener-bener berangkat, kerja mendapatkan uang temtunya. Yang aku fahami , untuk mencari PJTKI yang sistem kerjanya mengunutngkan si buruh migranitu sangat sulit, yang ada para BMI (Buruh Migran Indonesia ) di exploitsi habis habisan dari muali proses perekrutan pemberangkatan hingga kepulangan. BMI selalu di jadikan bulan bulanan (Majalah NATAS 2009). Dari mulai Calo, PJTKI, Perusahaan Asurnsi, Jasa Pengiriman dan tranportai, hingga oknum pemerintah tidak lepas dari keikut sertaan meraup keuntungan. Banyak sekali BMI menjadi koban. Pulang ke kampung halaman yang seharusnya Uang akan tetapi mendapatkan luka sekujur tubuh, seperti kejadian Siti Hajar yang kerja di MALAYSIA. Yang lebih tergis lagi juga Tidak jarang pulang itnggal nama/ mati. Beribu resiko menjadi kuli ke negera orang, walaupun begitu semangat dan optimis berangkat menjadi BMI.
Sudah tidak di tawar lagi Indonesia adalah negara yang masyarakatnya mayoritas menjadi Pekerja Kuli baik di Dalam maupun keluar Negeri. Di desaku terdapat ada kurang lebih 10 orang BMI yang berkerja jadi kuli ke luar negri. Belum lagi tetangga desa belum lagi se kecamatan berapa ratus orang yang kesana. Beberapa pekerja dari desaku termasuk tetanggaku yang belum jelas kerja dimana, kerja apa, 4 orang bekerja kuli bangunan di negeri jiran Malaysia hingga saat ini belum jelas keadanya disana. 3 orang menjadi kuli di perkebunan kelapa sawit. 1 orang menajdi kuli rumah tangga di Negara Korea. Menurut pemahaman saya hanya orang yang di Korea ini bisa di katakan berhasil karna mampu menbangun rumah mewah yang berada di Tulung Agung. Banyak masyarakat sekitar membanggakn keberhasilannya. Sering kali tiap pulang kampung halaman memakai mobil, berpakaian ala Big Bos yang perusahaan sana sini. Padahal hasil yang dia rasakan hasil dari mengkuli di negara orang. Apakah kita cukup bangga dengan hall ini. Heran seakali, kenapa jadimkuli saja sudah bangga minta ampun. Jangan jangan BMI seluruh nusantara merasakan seperti itu. Kalau begitu tahun kapan masyrakat indonesi menjadi BOS, yang kerjanya hanya mengatur dan menyuruh, bukan di suruh habis habisan. Seorang buruh sebatas mewakili kerja kasar, dapat upah pun tidak sebanding dengan derasnya keringat yang di keluarkan.
Para BMI yang bekerja di luar negeri sangatlah lemah di wilayah payung perlindungan meliputi hak asasi buruh, hak perlindungan atau hak lainya yang menyangkut keslamatan buruh. Sebenarnya masalah ini sudah sedikit banyak di ketahui masyarakat indonesia tapi mengapa mereka nekad. Pakh di dalam negri tidak ada lapangan pekerjaan ?.mengenai perlindungan BMI, belum lama penulis mengikuti sosialisasi tenteng UU Perlindungan Tenagan Kerja di luar negri yang di keluarkan oleh PERDA kab Blitar. Bekerja sama dengan LSM Solidaritas Buruh Migran Blitar (SBMB). Semua peSerta yang hadir di beri draft hasil rancangan UU Perlindungan Tenaga di luaar negeri dari Blitar. Di dlam RUU terdapat 42 pasal,sebanyak 40 halaman secara sekilas ditafsirkan dengan mata telanjang memang sedikit ada kemajuan terkait perlindungan BMI. Sebenarnya ini ada unsur kebohongan besar, terdapat pengalihan isu agar masyarakat tidak menuntut hak mendapatkan lapangan pekerjaan. Di sini sudah jelas pemerintah secar tidak langsung lari dari tanggung jawab kepada rakyat. Seharusnya pemerintah menyediakan lapangan kerja di dalam negeri. Salah satu infra struktur yang di janjikan terhadap maysarakat ketika indonesia terbebas dari tekanan ( merdeka ). Adanya RUU perlindungan BMI berarti pemerintah mengamini masysarakat berbondong – bondong keluar negri menjadi kuli yang tidak di hargai. RUU ini hanya untuk melegetimasi ke tidak tanggung jawaban aparatur negara.
Masysarakat Indonesia di jadikan pekerja sebatas kuli akibatnya korban dari pembohongan publik selama puluhan tahun. Periode kolinial nenek monyang kita di exploitas secara lunas oleh kaum penjajah. Tahun 1605 menjadi titik muka masuknya kekuasaan kolonial ketanah Indonesia disusul pada tahun 1623 yang makin berkuasa sehingga mempermudah pemerintah belanda menguasai perdagangan rempah – rempah di kawasan tanah air Indonesia semata – mata dijadikan pengerak sektor pertanian guna memenuhi kebutuhan pasar Eropa. Werning Ordoneli 1880. Intrumen politik pertama pemerintah kolonial yang mengatur perpindahan penduduk Indonesia,khususnya Jawa,Bali,dan Madura. Ribuan pekerja sebagai kuli perkebunan,pertambangan dan pabrik gula ( majalah natas 2009 )
Kehidupan buruh migran , terutamam diperkebunan,pertambangan, dan pabrik sangatlah menderita. Kekurangan makan dan pakaian menjadi pemandangan sehari-hari. Gaji kelewat rendah, hingga tidak di bayar akibat di rampas para mandor yang menambah beratnya keadaan, wajar saja kalau para kuli (buruh) banyak yang mati saat bekerja. Sisanya banyak pula yang melarikan diri dengan banyak resiko. Bila tertangkap nanti di siksa secara tidak manusiawi. Ada pula yang lepas dari kejaran dar kolonial. Merreka ynag selamat harus hidup dalam ketakutan dan keterasingan. Penyiksaan yang tidak logis kerap kali di lakukan. Pemerintah kolonial secara strukturak memang melegalkan penyiksaan terhadap kuli yang membangkang dengan bukti menerbitkan koeli ordo natie(penyiksaan )- UU kolonial yang berikan hak tanpa batas untuk para buruh tidak patuh.
Keadaan kuli (buruh) semacan ini mengabil wujud yang sama, bahkan lebih parah dalam zaman penduduk jepang yang mengunakan Romusha sebagai alat mobilitasasi paksa guna mengerjakan prasarana perang
Pasca kemerdekaan rakyat indonesi belaum final di jadikan pekerja kuli. Buruh Migran Indonesia (BMI) di gerakan / di sebarkan di wiyah Asia Tenggara dan Eropa. BMI di jadikan korban untuk mengembangkan politik ekonomi Indonesia pasca kemerdekaan. Di lihat dari teori migrasi, kesenjangan tenaga kerja di negara-negara, indonesia kelebihan pekerja kuli dan dan wilayah Asia Tenggara, Eropa kekurangan tenaga kerja kasar. Pemerintah indonesia dengan tanpa syarat mengirimkan BMI besar besaran alansanya biar nantinya masyarakat terpenuhi kebutuhan. Padahal alasan itu tidak logis, sebenarnya itu hanya rekayasa Sosil- Ekonomi. Bila BMI indonesia banak yang bekerja menjadi kuli ke luar Negeri, pemerintah meraup keuntunga DEVISA tentunya!!!
Di tengah ke tidak totallitas pemerintah indonesia dalam menggalakan pendidikan yang merakyat, bnyak kaum penerus bangsa harus terpaksa puasa memakan pendidkan yang layak.. Kurangnya pendidikan pada rakyat menimbulkan terbentuknya paradigma masyrakat menggantungkan diri pada yang mempunyai kuasa dalam kemampuan (ilmua) dan modal. Karna orang bodoh kemampuanya hanya sebatas bergerak bila ada inturksi, tidak punya Ide kreatif, imajinatif hingga nantinya menciptakan lapangan pekerjaan. jadi mereka mendapatkan gaji !....mau sampai kapan lagi hal ini akan berlangsung di negara kita? (Referensi Berbagai Sumber)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar