Sabtu, 12 September 2009

cerpen

AKU DILANGKAHI
Oleh: Vita Fitriana


Semilir siang itu terasa menyesakkan hatinya, ketika mendengar kata –kata yang dirangkai dengan hati-hati oleh Dewi, anak perempuan ketiganya. Suara hembusan angin yang biasanya memberi kehidupan , kini serasa menusuk jantung.
“Ibu bisa memahami kami,bukan?”,desis Dewi.
“Sebenarnya aku masih ingin menundanya satu atau dua tahun lagi,tapi Mas Dewa harus segera berangkat keluar negri untuk melaksanakan tugasnya.”lanjutnya.
“Ibu mengerti, itu permintaan yang wajar, apalagi kalian sudah lama berpacaran, memang sudah saatnya kalian menuju hubungan yang lebih serius demi masa depan kalian.”jelas Marni,ibu dewi yang telah lama menjanda
.”Tapi bu ,gimana dengan mbak lastri ?Tanya dewi.
”Biarlah ibu yang menjelaskan padanya. “jawab Marni
“Tapi…..saya tidak tega, tiga tahun yang lalu ketika mbak Ratna meminta izin menikah lebih dulu, ia menangis.”mata dewi berkaca-kaca menahan tangis.
“sudahlah ……biar ibu yang urus semuanya, sekarang kembalilah kekamarmu, sebentar lagi kakakmu pulang. “ kata Marni sambil meninggalkan Dewi yang masih duduk di teras depan.
Dewi pun bergegas kembali kekamarnya walaupun dengan berat hati. Selang beberapa menit kemudian, Lastri anak sulung dari tiga bersaudara itu pulang,setelah seharian bekerja disebuah sekolah dasar di kampungnya.
Belum sampai di kamarnya, ia mendengar suara tangisan terisak-isak di kamar Dewi yang bersebelahan dengan kamarnya.
“Dewi........”sapa Lastri dengan mengetuk pintu. Dewi tidak menjawab. Lastri pun langsung membuka pintu. Didalam didapati Dewi yang sedang duduk diatas ranjang sambil mengusap air matanya. Segeralah lastri duduk di sampingnnya.
“Dewi……kamu kenapa menangis?.” Tanya lastri sambil mengusap air mata yang masih tersisa dipipi adiknya.
“Nggak ada apa-apa .” jawab Dewi.
“Nggak ada apa-apa kok nangis?. Tanya Lastri lagi.
“Kalau kamu ada masalah , ceritakan saja siapa tahu aku bisa membantu.” Lanjutnya.
“Bener mbak, nggak ada apa-apa .” jawab Dewi yang semakin menutup diri, karena takut kakaknya nanti sedih jika ia mendengar bahwa adiknya akan menikah..
Lastri terus bertanya. Ia tidak percaya kalau adiknya tidak ada masalah. Ia terus membujuk adiknya supaya mau menceritakan apa yang sedang terjadi. Namun semuanya sia-sia, dia tetap tidak menjawab.
“nggak ada apa-apa kok mbak,Mbak Lastri tenang saja.”
Lastri makin penasaran dengan apa yang sedang terjadi. Namun, Lastri tak pendek akal. Ia bergegas meninggalkan Dewi dan pergi kekamar ibunya.
Dari balik pintu yang hanya terbuka 30 cm itu, dilihatnya sang ibu juga menangis. Ia semakin tidak mengerti dengan apa yang sedang terjadi antara adik dan ibunya itu.
“Ibu …….ada apa, kenapa adik dan ibu menangis?”, tanya Lasri sambil masuk dan langsung duduk disebelah ibunya. Marni tidak sanggup meceritakannya, sehingga ia pun hanya diam ketika ditanya oleh anaknya itu.
Lastri semakin bingung ia terus berusaha mencari tahu,namun lagi-lagi sia-sia. Lastri pun putus asa ia merasa lelah, ia ingin sekali melepaskan kelelahnya itu, karena sejak pulang dari kerja, ia belum sempat beristirahat. Ia pun masuk kekamarnya dan merebahkan badan diatas kasur yang empuk,dengan hilir yang keluar masuk dari jendela tepat di sebelah kanannya,yang mana membuatnya menjadi lebih tenang . Sedikit demi sedikit semua yang mengganjal di otaknya mulai hilang dan ia pun terlelap.
Satu jam kemudian terdengar suara ketukan dibalik pintu.
“Lastri…..” suara Ibu memanggilnya.
Lastri terbangun dan lekas keluar. Dilihatnya dewi dan ibunya sedang berdiri tepat didepan pintu kamar lastri.
“Lastri, Ibu ingin bicara, cucilah mukamu dan kami tunggu di ruang depan.”
Bergegaslah lastri kekamar mandi untuk mencuci mukanya.dan menuju ruang depan dimana ibu dan adiknya yang telah menunggu kurang lebih satu menit yang lalu. Lastri kemudian duduk didepan ibunya sedangkan Dewi di samping ibunya.Untuk sesaat ruangan begitu hening, semua mata saling berpandangan sehingga membuat lastri sedikit bingung.
“Bu, sebenarnya ada apa ?”Tanya lastri ,yang membuat keheningan di ruang itu menjadi hilang.
“Lastri….sebelumnya Ibu dan adikmu minta maaf kalau hal ini akan membuatmu sedih.”
Lastri semakin kebingungan.
“Bukannya maksud Ibu untuk menyakiti hatimu,”lanjut Marni
“sebenarnya ada apa Bu….aku nggak ngerti,”
Marni menghela nafas panjang ,“adikmu Dewi…. sebentar lagi akan di lamar orang, jelasnya adikmu akan menikah…….”
“stop ……..”
Tiba-tiba air mata Lastri mengalir dan tak dapat dibendung lagi saat mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Ibunya.Ia menjerit histeris, Ia tidak bisa menerima kejadian yang telah dialaminya tiga tahun yang lalu saat adiknya,ratna harus menikah lebih dulu, kini harus terulang lagi.
“kenapa ……kenapa harus aku yang di langkahi.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar