Sabtu, 12 September 2009

ARTIKEL

ANAK ZAMAN YANG KEBINGUNGAN
Oleh:Nur Muchlisin*

“Salahku Aku masih hidup di zamanmu. Zaman yang sangat sulit ku mengerti. Tapi berupaya ku pahami. Karena aku begitu mencintaimu. (Naga Bonar 2.)”


Orang sering berbicara bahwa sekarang zamannya sudah maju. Mereka sering menyebutnya dengan zaman modern. Sekarang kita sudah bisa ngobrol langsung dengan saudara yang berada di luar kota. Kita sudah bisa melihat secara langsung kejadian-kejadian dalam sekala nasional maupun internasional. Mulai ujung timur hingga ujung barat. Mulai ujung utara sampai ujung selatan. Dunia seakan-akan sudah sangat kecil dan sesak. Pertandingan sepak bola liga Italia bisa dilihat langsung tanpa harus pergi ke Italia. Kita bisa melihat peperangan yang terjadi di Irak, India, timur tengah yang belum lama ini menimbulkan banyak korban anak kecil dan juga orang-orang tak berdosa, meskipun kita hanya bisa melihat tanpa bisa berbuat. Itulah intinya dari zaman ini, yang kebanyakan orang menamakannya zaman modern yang ber -era-kan Globalisasi. Bagi mereka yang sinis dan menjadi korban dari era ini sering menyebutnya dengan istilah gombalisasi.
Efektif, efisien serta relevansi yang menjadi prinsip dasar dari zaman modern. Kita dituntut dan dipaksa mengikutinya tanpa pernah bertanya pada fikiran dan hati, apakah sebenarnya kita butuh atau tidak dengan prinsip tersebut. Makanan siap saji, belajar dengan cepat, gaya baju yang minimalis, kendaraan cepat, belajar agama kilat dan banyak hal yang bersifat instan. Dan masih bayak produk-produk lainnya yang muncul atas dasar prinsip- prinsip modern.
Istilah globalisasi dan zaman modern sering disebut sebagai istilah ambivalensi. Maju kena mundurpun juga kena. Artinya kita tidak bisa menghindar dari sebuah nilai yang diusung zaman modern dan kalaupun mengikuti kita akan terseok-seok bahkan bisa tergilas.
Di zaman modern ini, ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang sangat cepat. Terkadang kita gagap mengikutinya yang biasa dikenal gaptech. Kecepatan gerak dan kecepatan dalam mengakses informasi adalah kebutuhan yang harus dipenuhi umat manusia. Kalau tidak, kita akan dikatakan sebagai orang yang ndeso dan kampungan dan Tukul biasa menyebut katroks. Standar hidup kita sudah disetting sedemikian rupa mengikuti standar kehidupan orang-orang barat khususnya golongan kapitalisme.
Kemiskinan didefinisikan tidak hanya karena sulit makan, sekolah serta sulit mendapat pelayanan kesehatan, tetapi kemiskinan bisa dimaknai dengan minimnya informasi dan wawasan.. Akhirnya, kita merasa butuh dengan koran pagi, kita merasa butuh dengan berita dari televisi, kita merasa butuh dengan sabun wangi, kita merasa butuh dengan pendidikan tinggi, kita merasa butuh handphone untuk berkomunikasi dan kita merasa butuh dan butuh dan munculah konsumerisme. Bagi yang tidak mampu memenuhi kebutuhan tersebut, pergi ke tempat orang – orang yang tidak berkepentingan ( makam) menjadi kebutuhan .
Yang pasti zaman ini telah mengajak kita untuk berjalan lebih cepat. Seiring itu pula kita telah menjadi manusia yang lupa akan diri kita, menjadi manusia yang tidak sadar dengan apa yang dilakukan. Zaman telah memaksa kita menonton televisi di malam hari, memaksa kita memakai parfum yang wangi, memaksa kita mencari uang dari pagi sampai sore hari, memaksa kita berpendidikan tinggi, serta telah memaksa kita untuk adu gengsi sebagai sebuah perwujudan eksistensi sebuah kehidupan. Sebenarnya dalam teks ini merupakan sekelumit tentang realita hari ini.
Di sinilah saatnya kita berfikir dan memikirkan bagaimana kita memposisikan diri sebagai makhluk yang berbeda genetikanya dengan gambar disalah satu iklan operator telpon seluler……………………

Ketahui dengan tepat apa yang Anda inginkan,
Berkeinginan melakukan apapun yang Anda perlukan
Untuk meraih hasil
Dan bertindaklah hari ini dan setiap hari untuk menuju akhir
Tidak semua orang bertemu esok hari
Yakinkan pada diri Anda Bahwa Anda manusia

“ Kau ini bagaimana? atau Aku yang harus bagaimana? “

* Mahasiswa semester V

Tidak ada komentar:

Posting Komentar